Kamis, 25 April 2024

DARI PUSARA KE PUSARA

Di Menara Masjid Sultan Banten

M. Taufan Musonip


Khalwat sering dijalankan para lelaki, memang. Padahal Siti Maria pun melakukan Khalwat dan mendapatkan perbekalan langsung dari Allah sebagai Karomahnya yaitu mendapatkan buah-buahan musim panas ketika ia duduk di mihrab saat musim dingin dan sebaliknya.



Menara masjid adalah bukti maskulinitas. Tapi maskulinitas Islam itu milik semua jenis kelamin. Seperti halnya feminitas. Maskulinitas itu proses menjadi manusia bertakwa, feminitas itu buah dari takwa. Maskulinitas itu Habluminallah, Feminitas itu habluminannas. Maskulinitas itu Ad-Dzikr, feminitas itu Al-Fikr


Menara Masjid Agung Banten
Penulis sebelah kanan bersama
Bang Sanin (kiri), putri Ustad Taufik, dan Ustad Taufik (mubaligh TQN). Foto karya Mang Gun.


Maskulinitas itu dalam istilah Al Qur'an disebut Ar Rojul, siapa bertakwa laki-laki atau perempuan berhak menyandang predikat Rojul. Menara masjid menjadi perlambang predikat manusia bertakwa, berbeda halnya dengan perlambang lingga dan yoni di istana-istana kerajaan pra Islam, melambangkan vitalitas paska moksa. Habluminannas di luar istana harus selesai dahulu dengan kebutuhan hawa nafsu. Kalau bisa tak ada lagi sperma yang menetes, dan tidak lapar lagi. 

Moksa -dalam hal ini jangan diartikan sebagai kata yang bersangkut paut pada sebuah agama, hanya istilah untuk untuk menggantikan frasa pengucilan diri- dalam pra islam bisa dikatakan sebagai pesta, melampiaskan hawa nafsu.

Selasa, 16 April 2024

PUISI



Lukisan Pamela Dodds (2022)



Dermaga dan 

Ombak Basmalah

M. Taufan Musonip



Hari ini kami hanya ingin menikmati. Perbekalanmu yang kau kirim dalam kapal Basmalah. Ramadhan membuat kami baru memahami. Kami sekadar dermaga pasrah yang sepi dari ombak rahmatmu.

Esok barangkali orang-orang asing akan kembali datang. Menjejak kami, menuju pasar di negeri nun jauh. Selama bertahun-tahun kami sibuk melayani mereka. Bahkan kami tak sempat melihat terangnya lampu mercusuar yang menangkap gerakmu dari teluk-teluk yang tak henti dilayari.

Ombak yang Engkau giring melalui kapal Basmalahmu. Kini menepikan ikan-ikan. Anak kami girang menampungnya ke keranjang. 

Apakah tanpa ramadhan ikan-ikan ini tak datang bersama ombak?

Tanya mereka.

Lalu mereka mendengar indahnya lenguh suara menara pembakaran penggerak KapalMu. 

Minggu, 17 Maret 2024

PUISI

 

Lukisan dari Web Eye


Sambal Garang Asem

M. Taufan Musonip


Mari membuat sambal garang asem, istriku

Siapkan bawang merah, asem kanji dan terasi

Goreng ikan mujaer, ikan rakyat 

Yang tak perlu dicari benihnya

Hanya siapkan empang


Asin, asem dan rasa terasi akan lupakan kesedihan

Tambahlah pengetahuan tentang menciptakan rasa

Tentang sesuatu yang bisa ada

Tanpa kita ada-adakan


Asem dan asin yang membelalakan mata

Tanda bahwa makanan yang enak

Adalah jembatan kita pada Pemilik Makanan

Jadilah hamdalah, di antara berita politik yang bising di televisi

Sabtu, 09 Maret 2024

PUISI

SI. Witkiewicz
Fantazja-Bajka-1922




Hamdalah

M. Taufan Musonip


Kupetikkan buah hamdalah bagimu kekasih

Di dalamnya rasa manis tak terperi

Tentang kebun-kebun pohonnya rindang

Dan air terjun gemiricik berdendang


Itu daging buahnya!


Dalam hamdalah ada biji pahit alam semesta

Tapi ini jubah kebesaran bagi PemilikNya

Dia di dalam tapi sejatinya di luar

Ia sembunyikan karena cintaNya


Bersediakah engkau mencoba pahitnya!

Kamis, 07 Maret 2024

PUISI


Lukisan Lorenzo Lucio
Gambar di dapat dari Web. The Strange Penguin



Polisi dan Pistolnya

M. Taufan Musonip

Allah, 

Adalah isim makrifat. Ia dikenal dengan huruf Alif dan Lam. Sedari ruh belum mengenal raga. Alastu birobikum.

Kau lupa, karena tak ada basmalah dalam pistolmu. Hingga kau mudah todongkan moncongnya pada ketakutan.

Kini ketakutan itu telah mati. Kau peluk pistolmu, di sudut kesedihan. Mengingat Si Pemilik. Kau kenal, kenal sekali. Dan dekat.

Tapi kau Asing. 


Menanti Ayah 

M. Taufan Musonip


Allah, Lahu, Hu, dan Ah.

Wujud Dia yang transenden. 

Allah, Lillah, Allah, lillah

Wujud Dia yang emanen


Kau menanti ayah, karena berhasil mendapat nilai bagus musabab bimbingannya. Sementara ibumu mengusap-usap keningmu, setiap kali kau menunggu kangen ayahmu pulang.

Kau yakin dengan ayahmu karena kata-katanya yang selalu tinggal di ruang jiwamu, tentang seni berperang atau tentang kebijaksanaan yang membuatmu telah benar menjadi manusia dan pemberani. Sedangkan ibumu tak memiliki kata-kata sebaik ayahmu, tapi ia paling nyata menjagamu.

Karena ayahmu prajurit perang. Kau merasa selalu dia yang menjagamu.



Ya Ummul Kitab, Ya Syifa

M. Taufan Musonip


Ya Ummul Kitab, Ya Syifa

Aku berputar-putar di antara makan dan buang air. Aku resah, jika tak dikenal karena bacaanku.

Ya Ummul Kitab, Ya Syifa

Aku berputar-putar dari solat ke solat. Kutemukan Hamdalah, pena yang menjaga lembaran-lembaran kertas.

Ya Ummul Kitab, Ya Syifa

Aku mencari titik Ba. Di lautan, kutemukan limpahan cahaya. Aku tenggelam di arus ilmu Al Walah, berputar-putar antara Dzat dan SifatMu.




Rabu, 21 Februari 2024

BUKU-BUKU YANG SAYA BACA

Novel Pasar: Sufisme sebagai Realitas Masyarakat

M. Taufan Musonip


"Rasa-intuisi diaktifkan dalam dunia sadar oleh Mantri Pasar, lelakon dalam Novel ini. Menurutnya rasa ini dihasilkan melalui fase Tadzkiyatun Nafs, menjadikan Nafsu yang terdidik untuk selalu melakukan kebaikan. Fase itu adalah Nafs Amarah ini dilalui dangan jiwa struktural-politis melawan Swastanisasi Kasan Ngali. Lalu Nafs Lawammah dilalui dengan perjalanan ke dalam diri mendapatkan uraian-uraian filsafat mistik Islam seperti istilah rasa-intuisi yaitu merasakan diri selalu bersama Allah dan Nafs Muthmainah dilalui dengan perbaikan diri karena Allah yang berakibat pada perbaikan hubungan dengan sesama.


Lukisan Andre Breton
Landscape (1933)



Istilah Sastra Profetik merupakan nama lain dari sastra Islam yang memiliki rangka gagasan struktur-transenden. Jika pengertiannya seperti itu semua pengarang seperti Buya Hamka, Achdiat K. Mihardja, termasuk pengarang Islam modern misalnya Abidah El Khalieqy, Habiburahman Shirazy, juga A Fuadi bisa digolongkan sebagai kelompok Sastrawan Profetik. Tapi rasa-rasanya kelompok ini tak memiliki nuansa gubahan yang sama dengan Kuntowijoyo, Danarto atau Mustofa Bisri. Yang disebutkan terakhir lebih memiliki ide-ide sufistik. 

Namun seperti dalam Kembali ke Akar kembali ke Sumber-nya Abdul Hadi WM, Istilah strukturalisme-transenden sudah pakem adanya bagi Sastra Profetik kerap juga disebut-sebut oleh Kuntowijoyo misalnya dalam Muslim Tanpa Masjid -sebagaimana diketahui Kuntowijoyo merupakan salah satu pencetus kesustraan genre ini. Meskipun kedua tokoh di atas lebih tertarik menulis tentang sastra sufistik. Keduanya pula lahir dari akar keluarga Muhammadiyah. 

Dalam buku The Tao of Islam istilah transendensi diibaratkan sebagai Yin yaitu sesuatu yang mengatur. Atau Dia yang jauh. dalam penjabaran yang lain oleh Tafsir Al Mishbah mengenai lafadz Allah, saat dua huruf alif dan lam dipisahkan menjadi lahu, maka ia bermakna pada-Nya, sedangkan jika semua dihilangkan dan tinggal huruf ha maka ia menjadi Hu, artinya Dia dan mengandung kata Ah sebagai harapan. Allah bersifat transenden sekaligus imanen bagi hambanya.

Allah bersifat transenden sejak huruf alif dihilangkan yang berarti Lillah yaitu tentang semua hal sebagai manifestasinya. Allah bersifat imanen saat huruf alif tak nampak dalam kalimat bismillah. Bismillah adalah manifestasi keberadaan Allah yang ghaib yang ingin dikenal melalui Rahman dan Rahimnya. Karenanya istilah strukturalisme-transenden bersifat legalis, mencakup semua karya-karya bernuansa Islam yang berkecenderungan fundamentalisme. 

Sedangkan sufisme lebih bernuansa imanen. Sufisme dalam Kuntowijoyo bisa dikatakan realisme, sesuatu yang tersedia di masyarakat. Imanen itu sejajar dengan istilah Tajjali: Ia dikenal dan paling mudah bisa dirasakan, bahkan bisa dicintai. oleh Sachiko Murata dipadankan dengan istilah Yang. Yin, bermakna Taois, feminis. Sedangkan Yang bermakna Konfisius, maskulin.  Keduanya dalam Islam oleh Sachiko di tafsirkan sebagai Jamaliyah dan Jallaliyah dalam bingkai Dia sebagai Al Kamal.

Selasa, 02 Januari 2024

ESAI

Memahami Tarekat sebagai Alternatif untuk Meraih Ketakwaan

M. Taufan Musonip



"Sebenarnya jika dimaknai, tarekat itu jalur alternatif meraih ketakwaan dibanding keilmuan di masyarakat. Tidak semua orang lahir dalam keluarga yang punya kesadaran menyekolahkan anak-anaknya di pesantren. Tarekat adalah komunitas masyarakat inklusif, yang menyublimasi ilmu tasawuf dalam praktik dzikir mu'tabar (terbimbing oleh Guru Mursyid yang bersanad). 

 


Agricultural Development on Acrylic
Oleh Pelukis Gulam Robbani

 

 

Sesungguhnya hadirnya Guru Mursyid dalam tarekat itu menjadikan tasawuf sesuai jamannya. Ilmu tasawuf harus "miindung ka waktu, mibapa ka jaman" sebagaimana semboyan wayang golek asuhan Asep Sunandar Sunarya, yang kebetulan juga seorang murid tarekat. Seperti istilah qiyas dalam ilmu syariat.

Tasawuf harus bermakna bagi kehidupan para muridnya di jaman modern dengan pengamalan di bawah bimbingan Guru Mursyid.

Ilmu hakikat harus terus dibunyikan makna dan pelaksanaannya sesuai jamannya. Supaya tidak seseram yang dipahami sebagian masyarakat jika mendengar nama Syech Siti Jenar atau Al Hallaj.

Ilmu hakikat dan makrifat harus memiliki manfaat bagi jaman modern. Agar orang-orang tidak antipati terhadap ilmu tasawuf. Berbagai disiplin ilmu harus menyertai, langkah pemaknaannya dalam setiap gerak atas buah manis amaliyah tasawuf ini.

Minggu, 31 Desember 2023

ESAI

Milad Abah Anom sebagai Pembelajaran Jiwa Moderat Islam

M. Taufan Musonip


"Jika Abah Anom mau bisalah dia berkata: Aku menjadi Mursyid bahkan sebelum dilahirkan. Tapi Guru Agung jauh dari perkataan seperti itu. Ia dibimbing Allah, melalui berkah karomah Guru Sebelumnya, juga melalui syafaat Nabi Saw, perkataannya penuh dengan cerminan kerendahan hati. 

 

Gus Dur (kiri) dan
Abah Anom Ra. (kanan)


1 Januari adalah kelahiran Guru Agung Syech Ahmad Sohibul Wafa' Tajul Arifin. Kehadirannya, berkah dan karomah yang besar bagi murid-muridnya yang diperkirakan jumlahnya mencapai puluhan juta. 

Konon Abah Anom Ra. Ditunjuk melanjutkan kemursyidan ayahandanya (Syech Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad) sejak beliau dalam kandungan. Tapi beliau tidak pernah mengikrarkan diri sebagai Mursyid setelah ayahandanya meninggal. 

Kalau mau Abah Anom Ra. bisa saja mengklaim kemursyidan, sesaat setelah ayahandanya meninggal berdasar pada kabar di atas. Tapi beliau memilih menyembunyikan kemursyidannya selama beberapa waktu. Sebelum para Wakil Talqin kala itu bertawajuh dan mukasyafah siapa penerus Abah Sepuh Ra.