Di Menara Masjid Sultan Banten
M. Taufan Musonip
Khalwat sering dijalankan para lelaki, memang. Padahal Siti Maria pun melakukan Khalwat dan mendapatkan perbekalan langsung dari Allah sebagai Karomahnya yaitu mendapatkan buah-buahan musim panas ketika ia duduk di mihrab saat musim dingin dan sebaliknya.
Menara masjid adalah bukti maskulinitas. Tapi maskulinitas Islam itu milik semua jenis kelamin. Seperti halnya feminitas. Maskulinitas itu proses menjadi manusia bertakwa, feminitas itu buah dari takwa. Maskulinitas itu Habluminallah, Feminitas itu habluminannas. Maskulinitas itu Ad-Dzikr, feminitas itu Al-Fikr.
Menara Masjid Agung Banten Penulis sebelah kanan bersama Bang Sanin (kiri), putri Ustad Taufik, dan Ustad Taufik (mubaligh TQN). Foto karya Mang Gun. |
Maskulinitas itu dalam istilah Al Qur'an disebut Ar Rojul, siapa bertakwa laki-laki atau perempuan berhak menyandang predikat Rojul. Menara masjid menjadi perlambang predikat manusia bertakwa, berbeda halnya dengan perlambang lingga dan yoni di istana-istana kerajaan pra Islam, melambangkan vitalitas paska moksa. Habluminannas di luar istana harus selesai dahulu dengan kebutuhan hawa nafsu. Kalau bisa tak ada lagi sperma yang menetes, dan tidak lapar lagi.
Moksa -dalam hal ini jangan diartikan sebagai kata yang bersangkut paut pada sebuah agama, hanya istilah untuk untuk menggantikan frasa pengucilan diri- dalam pra islam bisa dikatakan sebagai pesta, melampiaskan hawa nafsu.