Jumat, 30 Desember 2011

Esai

         Proses Kekaryaan dan Komunitas sebagai Kantong Transaksi
Oleh M Taufan Musonip

Gladwell menukil kisah perang pada awal revolusi Amerika (1775) yang ditukangi Paul Revere, seorang pandai perak. Paul Revere menjadi legenda Amerika berkat kepiawaiannya mengobarkan semangat juang kaum milisi Amerika kala itu dengan melakukan kontak kepada para petinggi milisi anti inggris. Dalam buku bertajuk The Tipping Point itu, Gladwell secara khusus membahas soal epidemi sosial yang disebabkan oleh tiga tipe karakter manusia: sang maven, konektor dan para penjaja.
Buku yang merupakan analisa peristiwa-peristiwa aktual itu memaparkan tingkah laku sedikit orang sebagai penyebab problema sosial dan ledakan pasar. Kejernihan dan kesederhanaan dalam menuliskan analisanya, membuat buku itu sohor secara mendunia.
Kawan saya seorang pendiri salah satu komunitas sastra di kota besar mengeluhkan tentang kuantifikasi orang mengikuti diskusi sederhana yang selalu diadakannya secara rutin, tak semeriah dan seramai di dunia maya. Dia mulai mencari cara agar simpati orang terhadap komunitasnya bertambah dengan mengundang pembicara-pembicara penulis kenamaan, dan setiap ia memikirkan itu, secara otomatis berarti  memikirkan berapa anggaran yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan acara itu. Padahal dia dan para anggota intinya tidak memiliki cukup dana untuk mengaplikasikan gagasannya ke dalam mekanisme pertemuan rutin.

Jumat, 16 Desember 2011

Esai

  Penguasa, Pengusaha dan Premanisme
Oleh: M Taufan Musonip

Seorang Budong yang mampu mematahkan celurit orang Madura seolah telah menjadi  mitos dalam setiap perbincangan kami. Betapa hebat orang itu, hingga mendapat bagian garapan bisnis limbah, wilayah yang terdiri dari pabrik-pabrik besar. Sarim sendiri, pemilik kos-kosan dua ratus pintu adalah mantan anak buah Budong, menelikung untuk mendapatkan jatah pasokan limbah. Keduanya pernah duduk dalam salah satu organisasi pribumi. Sarim tak lagi menginginkan dirinya memenuhi storan kepada Budong setelah dia berhasil mendapatkan SPK dari perusahaan-perusahaan yang ia tangani, selain berhasil mendekati para preman di tiap pabrik.
Budong tak dapat mengulang sukses seperti saat memecundangi kelompok Madura, karena Sarim melayaninya tidak dengan cara kekerasan, seperti adu kesakten, dia memulainya dengan cara terpelajar, Sarim berhasil mendapat dukungan dari aparat kepolisian dan militer, sebagian karena Sarim pernah terdaftar sebagai anggota kepolisian. Seperti dikatakan kaum pribumi, Sarim memang memiliki kedekatan dengan oknum-oknum di dua institusi itu. Secara perlahan akhirnya Budong merelakan sebagian wilayahnya berpindah tangan kepada Sarim.