Imajinasi Masyarakat Membaca dan
Bertumbuhnya Infrastruktur Transportasi Massal
M Taufan Musonip
Seorang pejabat
tinggi negara dalam liburan natal dan tahun baru belakangan ini memberikan
opini soal kemacetan. Kemacetan menurutnya indikator kemajuan sebuah bangsa,
saya dibuat terperangah dengan opini itu. Memang sejak saya bermukim di sebuah
kampung petrodolar, yang laju industrialisasinya cukup pesat, saya menyaksikan
truk-truk besar mengangkut kendaraan roda empat hilir mudik di jalan tol, tentu
itu demi memenuhi permintaan, yang kalau tidak bisa dikatakan sebagai adanya
pertumbuhan, permintaan masyarakat atas kendaraan roda empat dari tahun ke
tahun tidak mengalami penurunan.
Saya menyebutnya
sebagai opini, sebab pejabat tersebut tidak bicara berdasarkan data. Menurut
BPS pada kuartal II tahun 2015 Indonesia memang mengalami pertumbuhan ekonomi
sebesar 4.65%, yang meskipun tidak terlalu baik karena dipicu rendahnya harga
komoditas di pasar internasional dan suku bunga AS, angka tersebut masih lebih
baik daripada negara-negara seperti China yang stagnan pada pertumbuhan ekonomi
sebesar 7%, Singapura bahkan melemah dari 2,1% pada kuartal I menjadi 1,7% pada
kuartal II tahun 2015. Namun pertanyaan klise yang biasa muncul dalam
hitung-hitungan ekonomi adalah seberapa besar sebenarnya masyarakat yang
menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut?