Selasa, 11 April 2023

ESAI POLITIK TAREKAT

Memilih yang Mayoritas, Memilih Struktur yang Kuat

---Realitas TQN Suryalaya Hari ini

M. Taufan Musonip



Lukisan Pablo Picasso


 

“Dan Tuhanmu telah menciptakan matahari dan bulan dengan perhitungan yang pasti. Dia mengatur pergerakan masing-masing, supaya kamu dapat mengetahui waktu-waktu (perhitungan) dan hitungan (tahun).”  (QS. 21-33).


Ajengan Muda saat mendaras sebuah kitab bulan ramadhan ini berkata: "jangan tinggalkan jamaah, ikuti mayoritas." Hal itu berhubungan dengan struktur. Mayoritas itu bukan sekadar memiliki struktur tapi juga suprastruktur dan infrastruktur. 

Saya membayangkan hadirnya kantor cabang sebuah bank di tiap daerah. Seorang nasabah tentu memilih Bank yang eksis di daerahnya. Sehingga kalau ia memiliki masalah yang berkaitan dengan pencatatan uangnya di Bank, ia akan mudah mengurus masalahnya.

Sejatinya dengan memilih mahzab. Indonesia dengan basis mahzab syafii, yang terasa hingga ke daerah pelosok, kalau kita ingin menuntut ilmu, kita mudah mencari guru. Setiap struktur yang dibuat manusia pasti memiliki kekurangan. Tapi mencari yang terbaik itu penting.


JATMAN dan JATMI

Kecuali dulu zaman di mana Mekkah (sekira hingga abad 19) masih menjadi pusat Ilmu dalam artian masih menjadi pusat keilmuan antar Mahzab seperti ditulis oleh Azyumardi Azra dalam Historigrafi Islam Kontemporer, semua murid boleh mengikuti holaqoh mahzab manapun. Dan guru masing-masing mahzab sangat terbuka. Kini saat Mekkah tak lagi menjadi pusat keilmuan antar Mahzab, peta mahzab menyebar ke berbagai Negara.

Pada tiap Negara yang disitu tumbuh satu mahzab yang berkembang menjadi mayoritas. Maka mahzab tersebut mapan secara struktur. Di Indonesia ada dua organisasi besar yang mapan secara struktur. Yang satu Islam non mahzab yaitu Majelis Tarjih Muhammadiyah, walau sering terasa berkiblat kepada Imam Hambali sedangkan NU, Syafiiyah.

"Cara utama memilih organisasi yang sesuai saat terjadinya perpecahan adalah mencari yang mayoritas yang artinya berarti ia memiliki struktur, suprastruktur dan infrastruktur yang siap.

Struktur NU hingga pada sayap organisasi Tarekat JATMAN yang sekarang dipimpin Habibana Syech Lutfi bin Yahya, yang juga sekaligus Presiden antar tarekat dunia. JATMAN menjadi organisasi yang memberi nilai mu'tabar (sesuai Al Qur'an, Sunnah dan kalam Ulama) pada kelompok Tarekat. Dalam buku Peran Edukasi Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya, selain JATMAN ada JATMI sayap organisasi Golkar yang mengurusi masalah keberadaan tarekat-tarekat di Indonesia. Fungsinya sama seperti JATMAN.

Kenapa bisa Golkar memiliki sayap organisasi Tarekat? Karena tiap-tiap Mursyid tarekat berafiliasi dengan partai politik tertentu untuk syiar Islam yang efektif. Abah Anom RA tidak aktif di JATMAN tapi di Golkar ada juga TQN yang berafiliasi dengan PPP kalau tidak salah dari cabang Rejoso. Langkah Abah Anom seperti langkah cendikiawan Islam Nurcholis Madjid yang memilih struktur Nasionalis. Abah Anom membawa Tanbih, dan menjadikan masyarakat sebagai tempat menyepi. TQN Suryalaya tidak mengenal menyepi di gunung-gunung tapi menyepi dalam masyarakat, karena memiliki mutiara hakikat: Kebijaksanaan yang timbul karena kesucian.

Abah Anom dan Tanbih melihat masyarakat umum yang tecermin dalam dinamika politik nasional sebagai pergerakan yang bisa dipengaruhi oleh Islam. Semua manusia dalam pandangan Tarekat adalah manifestasi Nur Muhammad, olehnya selalu berpeluang menjadi manusia bertaqwa. Suatu kali Abah Anom pernah meminta izin kepada Presiden Suharto, atas niatnya mendirikan Kampus Islam yang sekarang bernama Institut Islam Latifah Mubarokiyah, berdasarkan manqobah dari KH Arief Ichwani pada Manakib Sy. Sulton Auliya di Rawa Lintah, meski Presiden Suharto menganjurkan agar nama kampus tidak bernuansa Islam, Abah Anom tetap memakai nama Latifah Mubarokiyah. Daya tawar politik Abah Anom sangat besar dalam Politik Orde Baru.

Jalaliyah Allah

Kini TQN pasca wafat Abah Anom mengalami perpecahan. Dinamika yang wajar dan sangat alamiah. Tapi nampak terasa traumatik dalam pergaulan antar ikhwannya. Ada yang berijtihad mengusahakan badal talqin, yang dalam buku Peran Edukasi TQN, yang ditulis DR HJ Sri Mulyati tadi, sebenarnya memiliki tautan sejarah dalam Tarekat Naqsabandiyah, kelompok ini menjadi kelompok minoritas. Kedua, adalah TQN dengan Mursyid baru, yang oleh TQN arus utama dianggap menyempal karena syarat-syarat kemursyidannya tidak terpenuhi. Dan arus utama TQN berada ditangan LDTQN (Lembaga Dakwah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah).

Bagi saya perpecahan ini sejarah yang akan menguatkan TQN secara struktur. Tarekat pribadi manusianya bersandar pada tajalli, sehingga memang dalam membangun struktur agak kesulitan. Padahal pergulatan dengan konflik perpecahan akan mendewasakan pribadi ikhwan TQN. 

Cara utama memilih organisasi yang sesuai saat terjadinya perpecahan adalah mencari yang mayoritas yang artinya berarti ia memiliki struktur, suprastruktur dan infrastruktur yang siap. Meskipun setiap struktur manusia tidak ada yang sempurna, tapi carilah yang lebih baik. 

Politik Tarekat itu berbasis Nasihat. Bukan oposisi, jadi jika kita berbeda karena pilihan, slow. Budayakan nasihat menasehati. Jika nasihat tak bisa mengubah teman kita berarti memang berbeda, dan bila mengganggu itu berarti Jaliliyah Allah Swt sedang mengasah kemampuan kita untuk bersabar dan menjadi lebih dewasa. Mentaddaburi ayat suci Al Qur'an di atas semua sudah dalam perhitungan matang-Nya Allah Swt.(*)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar