Minggu, 27 Juli 2025

ESAI

Bangsa Yaman Cikal Bakal Kaum Anshor dan Yang Paling Dulu Menikmati Air Kautsar

M. Taufan Musonip



Wimsichal Moment
Patrice Donnelly



"Kaum Anshor betul-betul merasakan Nabi selalu bersamanya, walau telah wafat, ikrar Nabi: "Aku bersama kalian!" Pada perang Hunain dahulu selalu menggema dalam pendengaran mereka. Mereka ingin menjadi umat Islam yang diridoi Nabinya, karenanya mereka Ridho.

 

Kelak umat Islam akan berkumpul di Telaga Kautsar, saat mereka mengantri dalam panggilan hisab dari Allah Swt. Ternyata yang paling awal diberikan air telaga itu langsung melalui tangan Nabi Saww adalah bangsa Yaman (Al Hadist Bukhori dan Muslim). Dalam hadist lain Nabi Saw langsung mengisyaratkan nama Yaman dengan memerkirakan luasnya telaga Kautsar yaitu dari Ailah (Palestina) hingga Aden (Yaman).

Bangsa Yaman adalah yang menurunkan darah kaum Anshor di Madinah. Kaum yang dengan rela memberi ruang yang seluas-luasnya bagi Kaum Muhajirin. Hati mereka sangat terbuka kepada kebenaran Islam, awalnya beberapa orang masuk Islam saat berada di Makkah, lalu puluhan dan ratusan orang, hingga mereka rela memberikan sebagian tanahnya, yang dimilikinya bahkan yang dicintainya kepada bangsa Quraisy. Sifat terbukanya orang Anshor sebelumnya juga telah menerima kedatangan orang Yahudi yang menanti Nabi Terakhirnya di Madinah, tapi yang datang adalah Nabi dari kalangan Arab, Yahudi ingkar. Karena keingkarannya penduduk yang awalnya bernama Yathrib itu terpecah dalam dua kubu (Auz dan Khojroz) menjadi bersatu. Baginda Saw di Yathrib berhasil membangun peradaban kota, yang menjadi qiyas pada diri beliau sebagai kota ilmu. Dari Madinah lah dua imperium besar berangsur-angsur menjadi bagian dari Kekhalifahan Islam.

Dalam perang Hunain orang Anshor mendapat bagian ghonimah yang paling sedikit, Rosulillah lebih mendahulukan para Mualaf dan para sahabat lain. Awalnya kelompok Anshor kecewa, protes. Tapi setelah Nabi Saw katakan beliau bersama Anshor, mereka berbahagia. Terbukti setelah Fathu Mekkah, Rosulillah hidup sampai akhir hayat di Madinah. 

Sabtu, 19 Juli 2025

ESAI

TRADISI SAMA' DALAM HADIST, METODE PALING BAGUS DALAM MENGAJI ILMU

M. Taufan Musonip



Tahamul dalam kosakata arab, bisa diartikan sebagai tatacara mengambil ilmu dari seorang guru.

Tahamul yang tinggi derajatnya adalah dengan cara mendengar (sama'), baik murid mendengar saja atau murid mendengar lalu dituliskan. Metode ini menghasilkan hadits sohih, karena guru dan murid langsung bertemu. Lafaz yang biasa dipakai Hadatasana, Ambarona, Sami'na. Jadi jika menemukan lafaz ini dari hadist yang didengar, potensi sohihnya tinggi, dalam tulisan lafaz-lafaz tersebut kadang disingkat menjadi simbol huruf, tapi guru tetap membacakan riwayat hadist dengan lafadz yang lengkap. 

Metode yang lain yang derajatnya di bawah dari metode mendengar adalah murid membacakan riwayat, guru mengoreksi. Lafaznya adalah qoro'tu, qiroa'tu dan lafaz senada lainnya. Jika mendengar atau menemukan riwayat hadist dengan lafaz tsb masih berpotensi sohih.

Minggu, 13 Juli 2025

ESAI

Islam dalam Bahasa Indonesia dan Tradisi Buku sebagai Realitas Jaman

M. Taufan Musonip


Para Santri di Pengajian Sabtuan
Di Makbaroh Kyai Madroi


 

"Buku dan modernitas menjadi bagian dinamika masyakat Islam di Indonesia, anak kandung kolonialisme sekaligus malinkundang kolonialisme itu sendiri tapi dimasa sekarang menjadi jarak bagi tradisi sanad tadi yang sebenarnya merupakan bentuk keilmuan yang sangat terukur dan bersifat menjaga keilmuan Islam.

Buku, bahasa Indonesia, dan pembelajaran sendiri adalah sebuah realitas keindonesiaan walau dilahirkan dari cara Belanda melahirkan masyarakat jajahan yang rasional, yang kelak akan membantu kolonialisme itu sendiri.

Dulu orangtua-orangtua kita terbiasa menulis dalam aksara arab, meski bahasanya Jawa, Sunda atau Melayu. Ini karena pendidikan saat itu adalah pendidikan Islam metode sanad, tidak memakai bangku sekolah seperti saat ini. Dalam metode sanad itu kita diajarkan memilih guru yang tsiqoh, keilmuan pun sangat terjaga, menulis kitab harus benar-benar terjaga dari kitab ulama terdahulu, metodenya seperti tafsir Qur'an, setiap ayat yang ditafsirkan diberi tanda kurung, penafsirannya di luar kurung. 

Memilih guru tsiqoh dalam tradisi hadist ada tuntunannya, misal dalam tradisi jarah dan ta'dil, ada kitab yang menulis tarajim para perawi hadist, tiap nama perawi dituliskan biografinya, lalu dijarah dalam artian dicari kekurangannya, apakah semasa hidupnya sering fasik, berbohong dan ahlaknya terkenal tidak baik, apakah ia termasuk orang yang sering menulis hadist palsu, dll.