Menciptakan Adab dalam Menimba Ilmu
M. Taufan Musonip
"Semua orang yang ada di sekitar kita, duduk, berdirinya, berjalan dan diamnya sudah atas ijin Allah. Ini adalah prinsip utama kaum sufi. Semua orang yang lalu lalang di hidupnya, adalah kado terindah dari Allah.
![]() |
Lukisan Karya Etiye Dimma Poulsen |
Ia membeli dua buah coklat kesukaan anaknya, saat ia melihat si tukang parkir yang mangkal di pelataran Supermarket. Saat itu membeli coklat dan ingat kesukaan anaknya bukan timbul karena dorongan memenuhi rasa kasih sayang anaknya yang sangat menyukai coklat, tapi karena kesal harus selalu menyisihkan uang kembalian untuk membayar parkir. Karena tarif parkir ilegal sudah lazim, kekesalan itu sudah meresap ke alam bawah sadarnya. Ia harus menukar uang pecahan seratusan untuk uang dua ribuan si juru parkir.
Padahal ia bisa saja memberikan uang lebih besar dari dua ribuan untuk si juru parkir. Karena kesal akibat dampak kultural dari kerusakan sistemik yang membuat tukang parkir ilegal ada di mana-mana ia terkena virus bakhil, menukarkan uang menjadi pecahan, dan selintas ia merasa telah memboroskan uangnya. Ingat istrinya tidak lagi memberi terlalu banyak coklat pada anaknya, coklat memang makanan yang konon bisa meningkatkan kecerdasan, tetapi di sisi lain manisnya coklat membuat lidah anaknya tak mau lagi berpetualang mencari kenikmatan pada makanan yang lain. Anaknya jadi kurang menyukai makanan pokok.
Saat ia menghidupkan mobilnya untuk segera pergi dari supermarket itu, si tukang parkir malah tidak kelihatan batang hidungnya untuk melayaninya memarkirkan mobilnya. Apes benar katanya! Sudah memboroskan uang, ia tak dilayani. Letak masalahnya bukan pada "tidak dilayani" tapi pada "membeli coklat" agar uangnya menjelma recehan.