Orang Awam dan Orang Cerdas dalam Tarekat
M. Taufan Musonip
![]() |
Lukisan Paul Klee th. 1920 |
"Kalau bisa seorang malamatiyah menjadi orang yang berhasil dalam usaha dunia, menjadi pejabat negara, atau berhasil dalam karier, untuk membantu masyarakat. Meski begitu, malamatiyyah yang tetap mempertahankan citra keawaman dan akar rumput tetap bisa berkhidmat meski tidak seluas kalangan malamatiyah tingkat elit, akan tetapi tetap merupakan medan hadirnya Sang Khadir tadi.
"Orang akan melihat kita apa yang nampak terlebih dahulu." Ujar Ustad Taufik, pemandu kitab Miftahus Shudur di Majelis An-Noer kampung Kongsi, Bekasi setiap malam Rabu.
Sementara ada juga guru lain yang mengatakan, "jangan lihat dahulu lahirnya, sebab batin orang siapa yang tahu."
Kalam Ustad Taufik mirip satu kisah dalam Persekongkolan Ahli Makrifat Kuntowijoyo, pedagang sate dan gulai dagangnya semakin ramai setelah ia dibaiat menjadi murid tarekat. Orang-orang bukan bertanya apa resepnya sampai bisa banyak orang menikmati masakannya. Tapi siapa gurunya. Karena selain dhohir usahanya rame si tokoh juga semakin rajin beribadah.
Sang Khadir
Ustad Taufik dan Kuntowijoyo sama-sama penganut eksoterik sufistik. Kuntowijoyo dari Muhammadiyah, sedang Ustad Taufik konon punya guru yang tidak percaya kemajduban seorang wali itu bisa terus menerus, seperti fenomena salah satu habib di Indonesia. Ustad taufik kurang bisa melihat orang-orang yang mengaku banyak mengalami pengalaman spiritual murid tarekat, daripada bukti orang telah mencapai keberhasilan membangun struktur masyarakat.
Antitesisnya, dalam kalangan sufi orang-orang akar rumput dan awam hadir. Mereka tidak menampakkan kecerdasan dan keahlian dalam bidang agama. Dalam suatu paparan tentang Khidir pada salah satu kitab -saya lupa nama kitabnya- yang dibahas dalam Daurah Hadis Ribath Nouraniyah dikatakan Nabi Khidir itu hadir menemui seorang wali melalui citraan orang awam, pertemuan dengan Sang Khadir ini dalam kajian tersebut adalah salah satu sarat pencapaian derjat kewalian. Ini penting, sebab derjat seorang wali ciri pencapainnya adalah tanggalnya ego, sublimnya ia terhadap keseharian dan masyarakat.
Dalam kajian tersebut seorang wali yang kerap didatangi Al Khadir, harus kecewa saat selamanya wali Allah sepanjang jaman tersebut menghilang. Ia mencari tahu apa penyebabnya. Dalam mimpi berkali-kali diperlihatkan, dirinya yang menyuruh istrinya menyimpan makanan untuk makan hari esok. Khidir membimbing sang wali Allah tersebut agar jangan bersandar pada keberadaan hari esok.
Malamatiyah
Di dalam khazanah ketarekatan kita juga kerap mendengar istilah malamatiyyah, yaitu orang-orang yang bersembunyi. Ternyata dalam Buku Teologi Sufi Nusantara menjadi malamatiyyah tidak mudah, jika ia berniat bersembunyi karena berniat mencari perhatian manusia batal kemalamatiyahannya, karena kemalamatiyyahan harus merupakan upaya melupakan diri dalam amaliyah muamalah secara terus menerus.
Kalau bisa seorang malamatiyah menjadi orang yang berhasil dalam usaha dunia, menjadi pejabat negara, atau berhasil dalam karier, untuk membantu masyarakat. Meski begitu, malamatiyyah yang tetap mempertahankan citra keawaman dan akar rumput tetap bisa berkhidmat meski tidak seluas kalangan malamatiyah tingkat elit, akan tetapi tetap merupakan medan hadirnya Sang Khadir tadi.
Orang awam itu tempat orang cerdas ditempa melawan egoisme, berupa kekikiran, kemalasan, kesombongan, riya, tidak ikhlas, dan kebakhilan. Orang awam dalam keawaman ditempa dalam pembelajaran. Allah mempertemukan keduanya dalam ilmu amaliyah. Itulah yang dilakukan Ibnu Arabi seperti tertulis dalam Buku Mencari Belerang Merah, ia kerap mewancarai dan belajar pada orang lemah, bersama dengan itu orang lemah pun belajar pada kecerdasan Ibnu Arabi. Tanpa orang awam di tengah-tengah Ibnu Arabi kemungkinan ia tak akan mengucapkan kalam: "aku ditegur Rasullullah dalam mimpi, kenapa aku membenci fulan bin fulan padahal aku tahu betapa fulan bin fulan itu mencintai beliau dan Allah Swt."
Lihatlah orang dari karyanya, tapi jangan lupakan juga bagaimana ia dan karyanya maslahat untuk orang lain. Tesis pertama dan kedua karenanya bisa didamaikan.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar