Gerbang Kajembaran Rahmaniyah dan Makna Keberkahan dan Al Faqir
M. Taufan Musonip
"Hanya dengan kebersihan jiwa, makna kata al faqir dan keberkahan bisa menjadi bekal intelektual yang cukup menjejaki gerbang Kajembaran Rahmaniyah itu. Tanpa itu hanya ada satu bekal lagi yang mungkin, yaitu kesulitan hidup.
Gerbang Kajembaran Rahmaniyah didatangi orang berbagai kalangan. Tapi yang nampak adalah kaum akar rumput. Seakan orang tarekat itu hanya diminati oleh kalangan bawah semata.
Orang yang ingin datang mengalap berkah kesana harus memastikan diri dahulu jiwa individualnya dikalahkan oleh keinginan mendapatkan hakikat ilmu. Hakikat ilmu ini dekat dengan keberkahan.
Banyak orang yang menyambangi gerbang kasih sayang ini tidak mendapatkan apa-apa. Karena ia tak mampu melawan jiwa egoistiknya. Ingin belajar dzikir, tapi setelah mendapat ijazahnya tak diamalkan dzikirnya. Padahal di sana ada ajengan Sandisi, beliau menalqin dzikir dari sisi hukumnya, benar-benar bersumber dari Alqur'an dan Hadits.
Sampai selepas Talqin, Ajengan yang sudah berusia lebih dari delapan puluh tahunan ini sering berkata: dzikir ini bukan perintah Suryalaya tapi perintah Al Qur'an dan Hadist.
Baraka
Gerbang Kajembaran Rahmaniah ini sejalan dengan istilah Barokah yang tersemat di kitab Miftahus Shudur dan istilah Al Faqir yang mengiringi jiwa arif Guru Mursyidnya.
Barokah itu asal kata dari Baraka, artinya tetap, berarti menetapnya diri seseorang pada tempatnya. Sedangkan istilah Al Faqir ini adalah jubah kehambaan: puncak dari ilmu tasawuf.