Di Makam Syech Muhibat
M. Taufan Musonip
O, kesunyianku.
Aku menggantungkan hikayat-hikayat
Di pohon-pohon kamboja
Sebagai buah hakikat
Yang telah kuramu dengan pengetahuan
Jika kau ingin merasakan manisnya
Taruhlah buahnya di depan satir
Makam Syech Muhibat
Maka pahitnya hakikatku kan terasa manis
O, kesunyianku
Segala kesusahanku telah kutitipkan
Pada burung elang, yang terbang
Ke awan firasat akan mautku
Sebagai puncak hasratku
Jika ingin rasa bingungmu hilang
Berharaplah maut menjemput
Sampirkan lah di antara selawat
Yang dibacakan di pintu makam Syech Muhibat
Cahaya Alfatihah
M. Taufan Musonip
Syair pujianku kudendangkan
dengan gitar gambus milikmu
Jari lentikmu memancarkan melodi
Yang menghantarkan cahaya alfatihah
Dendang itu membuat bebungaaan merunduk
Air sungai berbisik ke semak-semak
Dan awan memutar mendekati matahari
Alam raya seakan malu mendengarnya
Sementara syair dan laguku teramat takjub
Aku tidak peka perubahan semesta
Asuhan melodimu meninggikan adaku
Mencerabut makna Alhamdulillah, sebagai bunga doa:
Yang pucuknya kau kaitkan ke telingamu
Sebelum berdendang, sebelum syair
Di mana semesta melodimu
MemujiNya tiada henti-henti
![]() |
Jendela makam Syech Muhibat Kab. Kuningan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar