Sabtu, 29 September 2018

Gombalnya Gombal 2 (Sebuah Anekdot )



Nomor Urut
M Taufan Musonip


Setelah nomor urut diumumkan,  seorang anak gadis nan jelita bertanya kepada seorang anak laki-laki sepermainan.

"kau pilih 1 atau 2?"

Anak lelaki itu tersenyum dan menjawab.
"Bagiku itu bukan pertanyaan ideologis,"

"Pilihannya kan memang hanya dua nomor itu!"
Anak gadis itu merasa pertanyaannya memancing diskusi ideologis.

"dengan hanya memilih dua nomor itu kau tak akan mendapatkan alternatif.  Sebab pernyataan ideologis itu adalah ketika aku memilihmu,  dan dengan begitu aku akan menjadi imammu,"

"Gombal! "


Sang gadis,  merasa calon pemimpinnya memiliki selera humor dan cukup intelek. Tapi ia tak mau ucapkan kepadanya. Sebab ia tak pernah inginkan seorang laki-laki manapun mudah menaklukkan hatinya.


Bandung,  29 September 2018

Cermin


Senyum Paling Rahasia.
M Taufan Musonip


Seorang anak gadis mendatangi pemuda yang telah memotretnya diam-diam dalam sebuah acara wisuda.

"Kenapa kau lakukan itu kepadaku? "

"Ini Area bebas foto," Jawabnya diplomatis melihat banyak fotografer sejak pagi memotret wajah siapa saja yang datang ke acara itu. Setelah dicetak,  foto tersebut diserahkan kepada objeknya untuk dibayar.

"Tapi Kau bukan seorang fotografer, kau sungguh tak punya etika!" Anak gadis itu cukup geram.

"Seorang seniman,  akan menggunakan media apapun untuk berkarya.  Termasuk gawai ini, " anak muda mencoba memperlihatkan betapa inteleknya ia.

"Kalau begitu akan aku bayar hasil karyamu,  untuk kau hapus,"


Jawabnya:

"Sudah kau bayar dengan kecantikanmu,  yang menyaingi secercah mentari sejak pagi. Dan kecantikanmu tak akan bisa terhapuskan. Akan selalu dikenang dalam kanvas ingatan,"

Anak gadis melengos.  Pipinya terlihat kayas. Dan ia seperti menyimpan senyum paling rahasia di sanubarinya.

Sabuga,  29 September 2018


Selasa, 11 September 2018

ESAI



Lebih Menyukai Sains dan Seni daripada Teknologi dan Perdagangan
M Taufan Musonip

Tujuan Ilmu adalah Tauhid, Tujuan Amal adalah takwa
Petikan kalimat itu saya dapatkan dari buku Mengenal Allah (2007, Muhammad Ratib al Nablusi). Landasan ilmu adalah ilmu Agama. Sebab sejatinya Agama lah yang memberi terang kehidupan. Dalam kajian-kajian yang bersumber dari pandangan di luar agama pun nyatanya realitas yang disuguhkan sebagai pandangan dunia tak pernah bisa lepas dari kekuatan yang secara tak sadar sudah terbentuk dalam pandangan keagamaan.

Seilmiah-ilmiahnya pandangan Marx mengenai pertentangan kelas tetap saja ia tengah berada dalam situasi imajiner tentang utopia persamaan kelas setelah melalui berbagai proses pertentangannya. Begitupun dengan pandangan Nietzsche, nihilisme hampir mendekati pandangan metafisika. Tak ada yang bisa lepas dari anasir-anasir keagamaan, sebab pikiran manusia terkadang menemui keterbatasannya, pikiran manusia tak pernah bisa lepas dari langit imajinasi.