Senin, 27 November 2017
Mini Esai
Penyair Tagar
Penyair tagar itu, dulu bilang tak suka politik, nyatanya langkah (karir)nya benar benar sangat politis. Padahal di dunia kesenian, bicara politik adalah langkah kebudayaan.
Penyair satu ini, juga sangat perasa. Gampang tersinggung, sombong. Dan anti kritik.
Cikarang, 27 November 2017
Rabu, 22 November 2017
ESAI
Ini Hidungku mana Hidungmu?
M Taufan Musonip
Tak harus tersinggung jika orang
mengatakan diri Anda jelek. Sebab dunia sudah sepakat, bahwa kecantikan itu relatif. Kenapa
dunia selalu diukur dan dilihat dari mata orang tampan atau cantik? Cantik atau
jelek hanya soal siapa yang berkuasa. Lihatlah narasi-narasi mengenai sastra
Pascakolonial, standar kecantikan hanya dimiliki kaum penjajah. Pesek adalah
antitesa dari hidung mancung. Kulit berwarna adalah kasta terendah dari
pergaulan manusia global.
Masa itu, masa kolonial, orang kulit
berwarna (ya mau gimana lagi takdir hidung pesek orang kita ini dibentuk oleh
iklim, bukan?) apabila ingin dianggap sederajat dengan penjajahnya, harus
memakai pemutih, tapi hidung pesek tak bisa dimancung-mancungkan itu realitas
dari ras manusia Asia. Kecuali ada nasib baik anda dilahirkan sebagai seorang
Indo.
Senin, 11 September 2017
Puisi
Yunus yang Tersisih
:Rohingya
Muhammad Taufan
Ombak, telah menyimpan gemuruh
Dari debar dada burung jalak yang berarak ke tenggara.
Perahu nelayan telah sesak.
Ikan-ikan warna warni mendorongnya
Ditiup palung samudera yang gelisah.
Anak gadis baru kawin, api membara
Di mata pemuda. Ia seperti Yunus yang tersisih.
Air mata, mencari jalan pada Sang Khalik
Adalah pemuda yang dibesarkan gunung gunung. Matahari yang di lahirkan bentang laut. Keberanian yang dibakar sunyi. Meski makin jauh, gadis yang baru kawin itu tak lepas pandang, ke pesisir. Kekasihnya telah menjelma api, ledakan, dan angin.
Bulan, senyap mengambang
Anak anak menangis. Bau darah dikirim ke geladak. Pemuda menatap langit dalam dalam, berlesatan cahya berwarna ke udara. Ia merasa benar benar telah mencintai kekasihnya.
Sukatani, 11 September 2017
:Rohingya
Muhammad Taufan
Ombak, telah menyimpan gemuruh
Dari debar dada burung jalak yang berarak ke tenggara.
Perahu nelayan telah sesak.
Ikan-ikan warna warni mendorongnya
Ditiup palung samudera yang gelisah.
Anak gadis baru kawin, api membara
Di mata pemuda. Ia seperti Yunus yang tersisih.
Air mata, mencari jalan pada Sang Khalik
Adalah pemuda yang dibesarkan gunung gunung. Matahari yang di lahirkan bentang laut. Keberanian yang dibakar sunyi. Meski makin jauh, gadis yang baru kawin itu tak lepas pandang, ke pesisir. Kekasihnya telah menjelma api, ledakan, dan angin.
Bulan, senyap mengambang
Anak anak menangis. Bau darah dikirim ke geladak. Pemuda menatap langit dalam dalam, berlesatan cahya berwarna ke udara. Ia merasa benar benar telah mencintai kekasihnya.
Sukatani, 11 September 2017
Senin, 04 September 2017
ESAI
Menggairahkan Kembali Seni Profetik dalam Sastra
M Taufan Musonip
Ada kabar baik belakangan ini, pemerintah ingin bekerja sama dengan kalangan sastra dalam rangka menangkal radikalisme melalui program tatap muka sastrawan-siswa hingga ke sekolah-sekolah di pelosok daerah. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam acara Musyawarah Nasional Sastrawan 2017 (Kompas, 19/7).
Sastra dan aktivitas sosialnya, seringkali dianggap hanya kehidupan tak tersentuh dapat menyelesaikan masalah kebudayaan. Komunitas-komunitas sastra tak pernah bisa bertahan lama, termasuk medianya. Acara-acara sastra biasanya hanya seremonial saja, keberadaan sastrawan dan karyanya belum banyak dilihat sebagai penjaga semangat nasionalisme, yang kemeriahannya, diambil dari berbagai elemen-elemen yang membentuk kebudayaan nasional. Di dalamnya ada semangat memelihara bahasa daerah, lokalitas, melalui teks sekaligus melalui berbagai pertemuan. Sastra melibatkan banyak hal dalam membentuk karakter manusia. Di antaranya kepedulian sosial, religiusitas, dan intelektual.
M Taufan Musonip
Ada kabar baik belakangan ini, pemerintah ingin bekerja sama dengan kalangan sastra dalam rangka menangkal radikalisme melalui program tatap muka sastrawan-siswa hingga ke sekolah-sekolah di pelosok daerah. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam acara Musyawarah Nasional Sastrawan 2017 (Kompas, 19/7).
Sastra dan aktivitas sosialnya, seringkali dianggap hanya kehidupan tak tersentuh dapat menyelesaikan masalah kebudayaan. Komunitas-komunitas sastra tak pernah bisa bertahan lama, termasuk medianya. Acara-acara sastra biasanya hanya seremonial saja, keberadaan sastrawan dan karyanya belum banyak dilihat sebagai penjaga semangat nasionalisme, yang kemeriahannya, diambil dari berbagai elemen-elemen yang membentuk kebudayaan nasional. Di dalamnya ada semangat memelihara bahasa daerah, lokalitas, melalui teks sekaligus melalui berbagai pertemuan. Sastra melibatkan banyak hal dalam membentuk karakter manusia. Di antaranya kepedulian sosial, religiusitas, dan intelektual.
Minggu, 20 Agustus 2017
ESAI FILM
The Ninth Gate Menambah Kesan Muram Peran Depp
M Taufan Musonip
Ada banyak film tentang dunia
pernovelan. Bisa disebutkan misalnya Ruby Spark (2012), Before Sunset(2004), A
Case of You (2013), Midnight in Paris (2011), atau Stranger Than Fiction
(2006). Yang berkesan bagi saya adalah dua film yang dibintangi oleh Jhonny Depp.
Secret Window (2004) dan The Ninth
Gate (1999). Sebelum menganggap dua film
itu sebagai favorit, saya memang mengagumi peran Depp.
Depp sering memerankan tokoh
misterius, muram dan kesepian. Depp membawa penonton bertualang, menyelami
manusia tangan gunting dalam Edward
Scisorhands yang sering diputar di televisi, berhasil membuat saya sulit
tertidur, film itu rilis saat saya masih kanak-kanak, terkesan horor sekaligus
sosok baik hati pula. Saking baik hatinya ia membuat kekacauan. Belakangan film
Dead Man (Full Monokrom, 1995) saya
tonton di sebuah televisi, juga tak kalah misteriusnya, seorang anak muda yang
pergi merantau ke sebuah kota tambang batu bara, bukan mendapat kerja ia malah
hanyut dalam komunitas Indian, sembari dikejar-kejar sebagai buronan karena
kematian kekasih orang penting perusahaan tambang, yang ia selingkuhi. Dalam
film itu Depp berperan sebagai William Blake yang merasakan prosesi menuju
kematian yang serba perlahan-lahan dan menyakitkan hingga dihanyutkan sendirian
oleh kelompok indian di sebuah pesisir.
Rabu, 12 Juli 2017
ESAI
Estetika dalam Islam
M Taufan Musonip
Dalam Islam, pondasi mengenai pemikiran estetika tidak terlalu detail, meski ada satu surat yang diberi nama para penyair (As-syuara), Nabi Muhammad sendiri, bersahabat dekat dengan seorang penyair. Masa-masa awal Islam, yang ditegakkan adalah tauhid dan ahlak. Wahyu untuk memberi ruang terhadap estetika secara detail dalam artian mencari hubungan dengan keislaman tidak banyak disampaikan. Menurut Ali Audah, dalam bukunya Dari Khazanah Dunia Islam, justru karena tidak ada perkara detail mengenai estetika memberi keluasaan kepada seniman Islam untuk melahirkan karya, baik musik, seni rupa atau teater.
M Taufan Musonip
Dalam Islam, pondasi mengenai pemikiran estetika tidak terlalu detail, meski ada satu surat yang diberi nama para penyair (As-syuara), Nabi Muhammad sendiri, bersahabat dekat dengan seorang penyair. Masa-masa awal Islam, yang ditegakkan adalah tauhid dan ahlak. Wahyu untuk memberi ruang terhadap estetika secara detail dalam artian mencari hubungan dengan keislaman tidak banyak disampaikan. Menurut Ali Audah, dalam bukunya Dari Khazanah Dunia Islam, justru karena tidak ada perkara detail mengenai estetika memberi keluasaan kepada seniman Islam untuk melahirkan karya, baik musik, seni rupa atau teater.
Minggu, 02 Juli 2017
CERPEN
Penelepon Misterius
M Taufan Musonip
Aku mencintai pekerjaanku sebagai
penyiar radio. Stasiun radio ini berdiri puluhan tahun lamanya. Ayahku
merintisnya, sejak masa mudanya. Yang membuat radio ini bertahan adalah acara
andalan, semacam kontak jodoh. Dan hampir setahun ini aku menjadi pemandunya.
Mungkin sudah ribuan orang selama puluhan tahun dibantu mendapatkan jodoh.
Setiap acara itu berlangsung selalu diisi oleh ceramah. Selain itu kami juga
telah berhasil menyelamatkan pasangan di jurang perpisahan. Program kami sangat
terpercaya. Dan pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden, juga beberapa
stasiun televisi. Bagi kalangan pesantren program ini sangat mujarab dalam
mengobati penyakit masyarakat yaitu perzinahan. Ribuan pasang anak muda memutuskan
menikah setiap tahun. orang tua mereka tak lagi membingungkan soal biaya
pernikahan. Setiap anak muda yang memutuskan menikah tanpa bekerja, kini merasa
yakin, bahwa menikah membuka pintu rejeki. Ayahku yang memiliki banyak kenalan
dengan pengusaha memberi jalan keluar, perusahaan itu menyerap tenaga kerja
dari pendengar setia program ini.
Minggu, 01 Januari 2017
ESAI FILM
Film Earthquake, Film
Drama Paling Melow di Penghujung Tahun 2016
M Taufan Musonip
Ia tak pernah merestui hubungan
pemuda itu dengan anak perempuannya. Tapi setelah mendengar kabar dari seorang
ibu yang anaknya diselamatkan oleh calon menantunya itu mengenai kelahiran
cucunya, sang ayah merasa tergugah. Di hadapan lengan anak menantu yang telah
kaku itu disampaikannya permohonan maaf, sambil meratap ia katakan pada Tuhan,
betapa pedih teguranNya, dan ia berjanji, akan memungut satu demi satu batu beton
yang menimpa anak muda itu, menguburkannya secara layak, agar anak perempuannya
dapat menjiarahi dan menangisi makamnya.
Pada kisah yang lain, Robert (Viktor
Stepanyan) anak muda sebatangkara, menyemangati seorang gadis yang terkubur di reruntuhan.
Sepanjang malam ia mengisahkan hidupnya yang terlunta-lunta karena ditinggal
keluarganya pada sebuah kecelakaan mobil. Sang gadis memiliki nasib yang sama,
dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kakaknya. Sang kakak
menyelamatkannya dengan mendorong meja marmer tepat di atas tubuhnya. Meski mereka
hanya berkenalan lewat suara melalui celah reruntuhan, mereka nampak mulai
saling menyukai. Robert meyakini Lilit (Tatev Ovakimyan) bisa ia selamatkan.
Langganan:
Postingan (Atom)