Minggu, 20 Agustus 2017

ESAI FILM

The Ninth Gate Menambah Kesan Muram Peran Depp
M Taufan Musonip


Hasil gambar untuk the ninth gateAda banyak film tentang dunia pernovelan. Bisa disebutkan misalnya Ruby Spark (2012), Before Sunset(2004), A Case of You (2013), Midnight in Paris (2011), atau Stranger Than Fiction (2006). Yang berkesan bagi saya adalah dua film yang dibintangi oleh Jhonny Depp. Secret Window (2004) dan The Ninth Gate (1999).  Sebelum menganggap dua film itu sebagai favorit, saya memang mengagumi peran Depp.

Depp sering memerankan tokoh misterius, muram dan kesepian. Depp membawa penonton bertualang, menyelami manusia tangan gunting dalam Edward Scisorhands yang sering diputar di televisi, berhasil membuat saya sulit tertidur, film itu rilis saat saya masih kanak-kanak, terkesan horor sekaligus sosok baik hati pula. Saking baik hatinya ia membuat kekacauan. Belakangan film Dead Man (Full Monokrom, 1995) saya tonton di sebuah televisi, juga tak kalah misteriusnya, seorang anak muda yang pergi merantau ke sebuah kota tambang batu bara, bukan mendapat kerja ia malah hanyut dalam komunitas Indian, sembari dikejar-kejar sebagai buronan karena kematian kekasih orang penting perusahaan tambang, yang ia selingkuhi. Dalam film itu Depp berperan sebagai William Blake yang merasakan prosesi menuju kematian yang serba perlahan-lahan dan menyakitkan hingga dihanyutkan sendirian oleh kelompok indian di sebuah pesisir.


Corso
Dua film Deep tentang dunia novel yang disebutkan terakhir, bergenre misteri, tapi yang ingin saya kemukakan adalah The Ninth Gate, film ini disutradarai oleh Roman Polanski, bercerita tentang petualangan seorang pemburu novel Dean Corso. Ia diutus oleh seorang kolektor Novel bernama Balkan (Frank Langella) untuk mencari salinan novel asli The Ninth Gate of the Shadow Kingdom (novel bertemakan pemuja syetan) yang kemungkinan ada di antara beberapa orang yang memilikinya. Yang menarik adalah ketika Corso berusaha keras menemukan naskah salinan asli, ia membuat statistik terhadap adanya perbedaan komponen pada gambar jeda novel tersebut. Alih-alih mendapatkan petunjuk salinan asli, pemilik dua salinan itu malah tewas terbunuh, dalam keadaan novel terbakar. Salah satu salinan yang selamat adalah salinan yang dijadikan petunjuk oleh Corso sendiri, yang diberikan oleh Balkan. Sialnya ketika novel itu akan diselamatkan, seseorang membobolnya setelah Corso menyembunyikannya secara rapi di kamar inapnya. Corso tenggelam dalam pencarian novel tersebut. Belakangan diketahui Balkan merupakan pemuja setan, yang berkuasa berdasarkan imajinasi isi novel, bahwa ia tak menginginkan orang lain memiliki salinan novel tersebut.

Yang membuat film ini bergenre misteri selain karena menceritakan para ambisius kekuasaan melalui kekuataan hitam, ada peran horor yang dimainkan Emmanuelle Seigner –hadir juga dalam film Polanski yang lain Bitter Moon- sebagai The Girl yang selalu melindungi Corso. Gadis bermata hijau ini hadir sejak Corso memulai petualangan. Ia datang dan pergi secara misterius, gadis bermata hijau ini nampak jatuh cinta kepada Corso, yang dianggapnya sebagai pribadi yang unik. Meski gadis ini dapat melawan dengan gagah seorang pengawal mantan istri Balkan  yang juga seorang pemuja Setan, Leina Telfer (Lena Olin) yang terus menguntit dan hendak membunuh Corso, terbang di udara secepat kilat, gadis ini tetap dibiarkan misterius, hadir tanpa nama, dan kesaktiannya tak disadari Corso sendiri.

Peran The Girl seperti takdir kemenangan Corso sendiri. Di akhir cerita, Balkan yang telah membuat Corso terdesak, sebelum membunuhnya ia mengelilingi kehadirannya dengan api, saat memeragakan kekuatannya terhadap panasnya api, tubuhnya malah terbakar. The Girl tidak berada di situ, tapi ada kesan kekuatan magis gadis ini membuat Balkan terbakar.

Abnormal
Novel The Ninth Gate of the Shadow sendiri, tak terjelaskan dengan lengkap siapa penulisnya, novel itu lahir masa abad pertengahan, diyakini ditulis oleh lucifer atau setan sendiri. Film ini melengkapi edisi kesendirian peran Depp yang menautkan pesan bahwa kesendirian dan kesepian itu berbahaya dan tragis. Yang pada akhirnya menandakan budaya bangsa Amerika sebagai simbol puncak kejayaan Barat, di mana kesendirian diagungkan sedemikian rupa, sebagai kemerdekaan individualisme di mana orang lain adalah neraka, kehadiran keluarga adalah kepercayaan primitif dan primordial.

Meski begitu saya tetap mengagumi peran Depp, ia pandai memilih tokoh dalam film cerita sebagai peran manusia abnormal. Peran itu ia ambil juga dalam Film Blow, Secret Window, dan Donnie Brasco. Dua film disebutkan di awal dan The Ninth Gate akan membuat nafsu merokok anda meningkat. Kemuraman tokoh-tokoh yang diperankan Depp diselami melalui akting merokok. Saat disesapnya rokok sedemikian dalam semakin muramlah Depp. Seperti muramnya kehidupan penyair, novelis dan penulis lainnya, yang membutuhkan sepi sebagai bahan bakar kreatifitas. Mereka para seniman, bukan pendakwah, selalu ada keinginan untuk menyelami kehidupan manusia abnormal. Abnormalitas yang terkadang menjadi pendistorsi kebenaran, justru akan membuat kebenaran dapat berdiri dengan kokoh, bagi mereka yang dapat mengambil pelajaran.(*)

Cikarang 20 Agustus 2017



Tidak ada komentar:

Posting Komentar