Jumat, 30 Juni 2023

RENUNGAN PAGI

Peluru Al-Maut Al-Iktiyarinya Ajengan Acep A. Rijalullah: Memperbaiki Kualitas Tidur dan Dzikir Tawajuh

M Taufan Musonip



"Peluru Al-Maut Al-Ikhtiari-nya, seharusnya melahirkan saya kembali, seperti ia sedang menaburkan ramuan ajaib, yang membuat tembaga jiwa saya lekas menjadi emas dua puluh empat karat dan harganya sangat mahal. 


Lukisan Kennet Eyre 
"File Drop"
(2000)


"Death before death, mati sebelum mati, atau Al-maut Al-ikhtiyari (Sumber Jatman)". Itu yang disampaikan Ajengan Acep A. Rijalullah pada MKTM Rawa Lintah 11 Juni 2023/22 Dzulqaidah 1444, rasanya seperti tertembak peluru dari pistol -boleh saja kita sebut pistol Ilahi Anta Maksudi Waridhoka Matlubi-nya Ajengan Acep, sebab kalau ia sedang berkhidmat dalam ilmu selalu lugas dan menggugah kesadaran, tak peduli siapa pendengarnya. Ilahi Anta Maksudi-nya seolah-olah taklimnya Allah yang menyaksikan.

Ajengan Acep menembak saya dengan ilmunya, berarti saya harus merasakan mati. Al-Maut Al-Ikhtiyari, berarti saya harus mengorbankan ruh untuk mendapatkan tebusan dari PemilikNya yaitu PemilikNya sendiri. Dalam ibadah saya harus lebih ikhlas lagi, semakin waspada dari jebakan eksistensial yaitu riya dan sum'ah. Harus selalu merasa tidak lebih baik dari orang lain. 

Senin, 26 Juni 2023

ESAI

Pedang dan Cinta, Melawan Materialisme Dunia

M. Taufan Musonip


"Pedang dan cinta adalah simbolitas kaum sufi. Pedang adalah ilmu pengetahuan, dan cinta perlambang zuhudnya seorang sufi. Pedang dan cinta adalah jiwa kesatuan antara alim dan abid. Sufi yang sebenar-benarnya zuhud adalah sufi yang alim. Sedangkan alim yang mujtahid adalah alim yang berbalut pakaian zuhud, yang mengamalkan ilmu-ilmunya. Sufi adalah alim yang waspada akan perkembangan ilmunya.

 

Moonlight Night,
lukisan karya Anton Pieck (1941)


Dalam Buku Persekongkolan Ahli Makrifat, buah tangan Kuntowijoyo ada beberapa cerita menarik: ada orang Belanda yang merelakan dirinya tidak menikah karena cinta matinya pada seorang gadis Jawa. Keduanya terpisahkan karena peristiwa Malaise, di mana banyak orang Belanda meninggalkan negeri jajahannya kembali ke negeri asalnya. Silahkan pelajari sendiri peristiwa sejarah tersebut, fokus masalah bukan di situ. Si Bule hidup menyendiri, dan akhirnya ditakdirkan bertemu dengan seorang perempuan yang kebetulan adalah istri tokoh aku dalam cerita tsb, yang mirip sekali dengan kekasihnya dahulu. Si wanita menjadi obat rindunya, bahkan ia sudah rela jika Tuhan akan segera memanggilnya.

Dalam cerita lain ada seorang gadis yang merasa memiliki ikatan emosional dengan Indonesia, karena warna kulitnya memang orang Jawa. Ternyata gadis itu adalah anak biologis orang Indonesia yang pernah ditinggalkan istrinya karena berselingkuh dengan kawan karib Belandanya, akibatnya gadis itu terdampar di negeri kincir angin. Cerita ini cukup menyentuh, karena si Ayah tidak memiliki keinginan membangun komunikasi lebih jauh setelah si aku dalam cerita membawanya pada sebuah tempat di mana si gadis biasa menemani ibunya di suatu sore memandangi burung-burung merpati yang hinggap di pedestrian jalan dan memberinya pakan. 

Minggu, 18 Juni 2023

ESAI

Ilmu dan Cinta Menurut Ajengan Asep Samsurizal Hudaya

---Manakib Rawa Lintah 11 Juni 2023/22 Dzulqaidah 1444

M. Taufan Musonip



"Jika grand design Tanbih bisa dipraktekan dalam organisasi dakwah bukan tak mungkin akan muncul politisi dari kalangan tarekat. Bahkan dalam pentas kepemimpinan nasional pula.

 

Pulau Satonda, Sumbawa
Fotografi karya Daniel Kordan.


Pembacaan Tanbih dilangsungkan dengan memakai bahasa naskah aslinya, yaitu Bahasa Sunda. Sepertinya anjuran Ajengan Asep Samsurizal Hudaya, sebab menurutnya dalam Khidmat Ilmiyah Manakib Sulthon Syech Auliya Abdul Qodir Jaelani Q.s Rawa Lintah 11 Juni 2023/22 Dzulqaidah 1444, tidak semua istilah bahasa sunda dapat diartikan ke bahasa Indonesia. Jikapun terpaksa dilakukan, makna yang terkandung dalam bahasa Indonesia akan tidak seluas yang disampaikan dalam bahasa aslinya.

Seperti peribahasa ini:

Ulah medal sila poma kapanah

Sing logor dina liang jarum tapi sereg di buana

Peribahasa itu sangat tinggi maknanya dan indah sekali, jika bukan ahli sastra yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, makna yang dikandung oleh pribahasa itu, tidak akan sepenuhnya didapat. Dengannya Ajengan Asep juga Ajengan Baban Ahmad Jihad dalam kesempatan Upgrading ke-2 beberapa waktu lalu, menyampaikan untuk membiasakan diri dengan (belajar) Bahasa Sunda, "Da dikumaha-kumaha ge, TQN Suryalaya ayana di Tasik.

Sabtu, 10 Juni 2023

ESAI

Simbolisasi Kuda dalam Literasi Sufistik

M. Taufan Musonip


فَا لْمُوْرِيٰتِ قَدْحًا 

"dan kuda yang memercikkan bunga api (dengan pukulan kuku kakinya),"

(QS. Al-'Adiyat: 2)



Seni Fotografi
Karya Raul Cantu



Kuda kerap diambil sebagai simbolisasi An-Nafs dalam teks sufistik. Ia mengambil makna epik tentang keperkasaan dan kekuataan. Pengawal dan penghantar niat baik. Nabi Muhammad Saw (Selawat dan salam senantiasa tercurah padanya Nabi dari Bangsawan Hasyim, sebagaimana Selawat Hasyimi) pun memiliki dua belas kuda yang gagah-gagah salah satunya kuda pirang yang dibeli dengan 10 ekor unta. Jumlahnya menyerupai jumlah lafadz Laailahailallah

Dalam Al Qur'an, hewan ini disebutkan dalam beberapa surat di antaranya: QS Ali Imran: 14, An-Nahl: 8, Sad: 33, Al Hasyr: 6 dan Al 'Adiyat 1,2 dan 3. Empat ayat di awal menisbatkan kata kuda dengan perhiasan dunia sedangkan Q.S Al 'Adiyat kuda disebutkan sebagai penghantar seorang kesatria ke medan jihad.

Kuda dalam kitab Fihi Ma Fihi karangan Jalaludin Rumi memang dipakai untuk memersonifikasi An-Nafs, ruh adalah penunggangnya,  dan kandangnya adalah Fil Ard, dunia. Jika si penunggang terlalu memerhatikan kebutuhan si kuda, maka ia akan terjebak dalam kandang kuda. Hewan penjelajah ini pun kerap diambil pula untuk memperlambangkan pengetahuan seperti dalam buku Kereta dan 38 Cerita yang dikarang Idris Shah, ruhnya adalah penunggangnya, dan jalannya adalah Tarekat menuju Allah. Kuda menjadi perlambang kegagahan seorang raja dalam Mantiq At-thair karya Attar, raja bijaksana yang dicintai rakyatnya, selalu menyempatkan waktu melihat keadaan rakyatnya dengan berkuda. karena kekaguman rakyat terhadapnya, orang istana membuat cermin besar. Rakyat bisa melihat gerak-gerik panutannya setiap saat. Ini melambangkan Keindahan Kekuasaan Allah yang dapat dilihat dalam cermin kalbu, tempat kaum sufi memusatkan meditasinya yaitu di dekat jantungnya. Cermin yang bersih bisa membuat seorang sufi melihat Allah dalam khazanah man arafa nafsahu faqod arofa Robahu. 

Jumat, 09 Juni 2023

ESAI

Santap Malam Saat Manakib Menyehatkan

M. Taufan Musonip



Gambar diambil dari
Web Mark Smith Ceramics



"Sehat dan bugar itu baik, tapi kita tahu orang mati tak harus dalam keadaan sakit. 

 

Menjadi Ikhwan tarekat akan beresiko gagal diet. Itu karena ada jamuan makan malam dalam Manakib Syech Sulton Auliya Abdul Qodir Jaelani Qs. Pada Manakib yang diadakan di Pegaulan Kab. Bekasi, jamuan makan malam dihidangkan larut malam. Juga pada acara Khotaman di Rawa Lintah nasi uduk disuguhkan menjelang dini hari.

Jika salah satu ikhwan kelihatan tidak ikut makan maka akan ada yang menegur, sebagai orang yang menolak berkah. Wal hasil orang-orang yang masuk tarekat itu bertubuh tambun. Dan kerap dikatakan tidak mempunyai pola makan yang baik. Sudah dituduh ahli bid'ah juga dituduh orang yang tidak teratur. 

Sabtu, 03 Juni 2023

BUKU-BUKU YANG SAYA BACA

Aforisme-aforisme dalam Buku Maha Guru Sufi: Nasihat-nasihat yang Menggetarkan

M. Taufan Musonip


"Belajar merendahkan diri kepada Allah menurut MGS adalah mencari orang yang lebih tinggi ilmunya untuk dijadikan guru. Sedangkan MB mengatakan, jika harimu buruk karena manusia di dalamnya, sudah seburuk apakah harimu dibanding Para Wali yang terkucil dan Para Nabi yang terhina? 


Lukisan Karya Jiulia Sankevych
Painted on An Old Magazine


Membaca Buku Maha Guru Sufi: Kisah Kearifan Abu Yazid Al-Busthami (disingkat MGS) Seperti membaca buku Musyawarah Burung (MB) dalam bentuk non-fiksinya. Buku MGS dikarang oleh DR Abdul Halim Mahmud, disematkan kepadanya Mantan Syech Al Azhar pada sampul buku berwarna kuning ini. Saya tidak ingin mengetahui maksudnya, apa beliau pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Al Azhar atau merupakan tokoh di Negara Mesir. Saya membaca dan menghayati buku ini melalui metode Barat, tak memedulikan terlebih dahulu sisi sosiolinguistiknya. 

Kenapa saya katakan membaca MGS bagai membaca MB? Padahal yang satu penulis modern yang satu penulis klasik, tak lain karena keduanya sama-sama mengandung pengaruh besar yang bisa diambil pembacanya untuk menyadari pentingnya sebuah gerakan. Gerakan non eksistensial, gerakan kesadaran ke berbagai arah yang awalnya mungkin tak pernah kita sukai. Gerakan atomik, layaknya debu diterbangkan udara untuk menyenangi apapun yang akan disinggahi. Kedua buku itu sama berkata sebagaimana Al Qur'an:


لَـقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَا لُوْۤا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ مِنَ اللّٰهِ شَيْئًـــا اِنْ اَرَا دَ اَنْ يُّهْلِكَ الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَاُ مَّهٗ وَمَنْ فِى الْاَ رْضِ جَمِيْعًا ۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


"Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam." Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh (manusia) yang berada di bumi?" Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 17)