Term Bodoh dari KH Beben Muhammad Dabbas dan Pendekatannya
M Taufan Musonip
"Dalam dunia tarekat, Islam itu nyata sebagai wadah berbaurnya kaum kaya, intelektuil dan fakir miskin bahkan di dalam Tanbih menjadi perhatian khusus, "Mereka menjadi (kaum) fakir miskin bukan kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.
|
Lukisan Karya Ganesh Kumal Perumal Alone (Artography) |
KH Beben Muhammad Dabbas dalam Manakib Rawa Lintah pernah berkata:
"Lebih baik bergaul dengan orang miskin, kalau dengan orang kaya, akan selamanya jadi babu. Lebih baik bergaul dengan orang bodoh, orang bodoh karyanya berkah, lihatlah jembatan, jalan dan gedung-gedung,"
Lain hal dengan Waktal Sirojudin Ruyani, pernah berkata:
"Al Faqir itu, cenderung pada kurangnya ilmu. Karenanya alim selalu mengatakannya, beda dengan miskin. Miskin itu duniawi."
Beliau menyampaikan dengan nada berseloroh.
KH Beben, menyebut faqir miskin seperti bernada pembelaan. Senada dengan Ali Syariati dalam Mahzab, Pemikiran dan Aksi, kaum elit pembela, menginventarisir kebendaan yang melambangkan peradaban maju sebagai hasil tangan kaum lemah. Memang kaum lemah harus dibela, itu pesan Al Qur'an.
KH Beben Itu Sunni dan Ali Syariati itu Syiah 12 Imam. Apa salahnya, jika melihatnya dalam perspektif ilmu, bukan politik. Sunni dan Syiah melahirkan peradaban keilmuan. Pada tahun di mana Rezim Kesultanan Iran jatuh yang didukung Amerika, Indonesia sempat membela politik Syiah Iran. Dan pada tahun 1990an menjelang reformasi, mahasiswa banyak belajar dari buku-buku Syiah, dan juga aktifis pergerakan Iran tahun-tahun menjelang 70an terinspirasi gerakan Sukarno di Indonesia. Ilmu tidak bisa dihalang-halangi dengan sekat-sekat politik.