Minggu, 06 Agustus 2023

ESAI

Seputar Karomah Wali Allah Menghidupkan Orang Mati, Sebuah Paper untuk Kaum Intelektuil

M. Taufan Musonip


"Karomah utamanya adalah ahlak, tapi terkadang karomah ahlak itu dianggap biasa. Adakalanya karomah bersifat metafisika ternampakkan. 

Lukisan Karya Aremio Ceresa
"Scorci D'Infinito" Mixed Media on Canvas
2017-2023


Kenapa kaum intelektual enggan menerima ilmu tarekat, padahal ia meyakini ilmu tasawuf. Di antaranya karena ia enggan mengimani karomah para wali, yang karenanya ia menganggap kelompok tarekat terlalu mengagungkannya melebihi keagungan Baginda Nabi Saw. 

Karenanya Wali Allah yang sempurna para Guru Mursyid yang diberkahi oleh Allah dekat dengan orang bodoh. Itu memang warisan keluasan kalbu Nabi Besar Muhammad Saw, yang juga dekat dengan orang bodoh (faqir) dan miskin. Orang Bodoh yang kalah saing dalam perebutan kekayaan sumber daya alam, mencari agama untuk mendamaikan hatinya. Jika yang dicari seorang guru (mursyid) ia akan selamat. Jika yang dicarinya ilmu, ilmu akan berpotensi membuatnya sesat. Guru Mursyid mudah mengajarkan Ilmu Agama kepada orang bodoh, sebab orang bodoh hatinya lebih pasrah dan sudah merasakan pahitnya dunia.

Sebuah hadits mengatakan melalui lidah Guru Mursyid, "Allah telah memalingkan wajahNya dari dunia sejak pertama kali diciptakan, karena baunya," orang bodoh sudah lebih tahu rasa baunya. Karenanya bersama Guru Mursyid orang bodoh mulai mendidik dirinya, menerima dengan pasrah sumerah apa yang dicurahkan gurunya bak mayat, atau seperti sebatang pohon menerima curahan hujan, sami'na wa 'atona

Bidayatussalikin

Intelektuil yang batang pohon ilmunya penuh dengan pengetahuan menganggap karomah Guru Mursyid itu mitos. Awalnya ia menyakini apa-apa yang melawan hukum fisika sudah pasti ilusi. Lalu ia bergerak naik sedikit, mulai belajar agama, dan menemukan pelajaran tasawuf, tetap saja ia sulit menerima fakta karomah para wali. Karenanya ia menjauh dari tarekat, ia merasa pembimbing terbaik adalah guru-guru dhohir, atau ilmu dunia yang sudah ada padanya.

Intelektuil sebagaimana juga saya pernah baca tulisannya dalam Buku TQN Ponpes Suryalaya Membangun Peradaban Dunia, buku yang terbit untuk memperingati milad limatahunan itu ada yang mengatakan tidak terlalu percaya karomah, dan menganggap karomah Syech Abdul Qodir Jaelani adalah mitos. Sang intelektuil tidak percaya, pesantren yang mempersilahkannya menulis itu memiliki Guru Mursyid yang memilih membiarkan saja tulisannya terbit di buku itu, dan disanggah secara tersirat dalam tulisan pengarang lain dan Buku yang lebih dulu ada yaitu hanya Buku tipis berjudul Bidayatusalikin. Keluasan hati Guru Mursyid itulah karomah pula, pengagungan Guru Mursyid memang sudah selayaknya dihaturkan, beliau pewaris kalbu Baginda Nabi Saw. 

Buah Robul Izzati

Harus dipahami bahwa Guru Mursyid kehormatan langit dan bumi, lebih tinggi dari Guru-guru bidang-bidang ilmu yang lain. Hadirnya buah Robul Izzati Guru Mursyid sebelumnya, dalam Tanwirul Qulub ada sekira dua puluh lebih syarat yang mencukupi bagi seorang Guru Mursyid. Tapi jika dirangkum, Guru Mursyid yang menghidupkan ilmu tarekat mu'tabar ia yang menguasai ilmu syariat dan pembimbing ilmu batin murid-muridnya. Karomah utamanya adalah ahlak, tapi terkadang karomah ahlak itu dianggap biasa. Adakalanya karomah bersifat metafisika ternampakkan. 

"Di masa kontemporer juga ada cerita lisan beredar di kalangan tarekat dan para peziarah, Sunan Gresik dan Abah Anom Ra. Ternampakkan karomahnya menghidupkan orang mati, silahkan bisa ditelusuri melalui sumber-sumber resmi atau menyelami obrolan-obrolan kaum sufi dalam Tarekat.

Karomah yang paling tidak bisa diterima adalah karomah Syech Abdul Qodir Jaelani yang menghidupkan orang Mati dihadapan orang Nasrani yang hanya menyebut Kum Bi Idzni. Sedangkan karomah-karomah orang soleh sudah dinukil di dalam Al Qur'an di antaranya Siti Maria yang senantiasa mendapatkan makanan langsung dari Allah Swt, saat berkhalwat dalam Mihrab Zakaria, Peristiwa Ashabul Kahfi, dan juga utusan-utusan Nabi Isa As dalam Surat Yasin Tafsir Jalalain, melalui lisan Gurunda saya Kyai Muzaki Aziz, utusan-utusan yang diutus ke negeri Antioch menyebarkan paham Tauhid selepas peristiwa diangkatnya Isa As ke langit, ada juga yang memiliki karomah menghidupkan orang mati, bahkan menurut Gurunda, hilangnya Nabi Isa dalam risalah Perjanjian Baru dari usia 13 tahun ke 33 tahun, diisyaratkan karena beliau pernah belajar pada Guru-guru Brahmana di India, di sana Nabi Isa As belajar pengobatan dan kebiasaan orang Brahmana menghidupkan orang mati, adalah suatu hal yang lumrah. 

Kum Bi Idzni

Karomah orang soleh menghidupkan orang mati, dari lisan Gurunda Kyai Muzaki Aziz, adalah ilmu Wahbi dalam Istilah Abu Yazid Al Busthomi, seorang muta'alimin dalam bidang ilmu tasawuf bisa mencari sumber cetakannya (ilmu kasbi). Tapi lisan ulama tetap bisa menjadi rujukan yang kuat pula, meski belum ditemukan rujukan kasbinya.

Di masa kontemporer juga ada cerita lisan beredar di kalangan tarekat dan para peziarah, Sunan Gresik dan Abah Anom Ra. Ternampakkan karomahnya menghidupkan orang mati, silahkan bisa ditelusuri melalui sumber-sumber resmi atau menyelami obrolan-obrolan kaum sufi dalam Tarekat.

Kenapa harus Kum Bi idzni bukan Kum Biidznillah? Kum Bi idzni merupakan kritik bahwa mukzijat Nabi Isa As, tidak harus membuatnya didudukan pada derajat Tuhan. Kedua, derajat Sy. Abdul Qodir Jaelani sebagai Muwahid (derajat wushul). Yang seharusnya disebutkan pula oleh Nabi Isa As. Tapi, Isa As adalah seorang Nabi. Dan sebenarnya melalui karomahnya Sang Qutbil Adzom tengah berdakwah kepada orang Nasrani, ini juga harus dipahami.(*)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar