Jumat, 18 Agustus 2023

DARI PUSARA KE PUSARA

Pengalaman Berziarah ke Makam Mama Falak Pagentongan

-Pesona Dua Keturunan Ulama Thoriqoh Sekaligus Ulama Syariat, Membuat Kami Lalai Solat Isya

M Taufan Musonip



Lukisan Mama Falak, di Kediamannya

 

"Aku punya rasa berbeda bertemu kalian, tidak semua orang asing yang datang kesini saya tunjukan langsung pada Syech Hakim."


Rihlah dari pusara ke pusara sama halnya perjalanan menuntut ilmu, lahir maupun batin. Ulama masa lalu selain ahli ilmu juga seorang wali, salah satunya yang akan saya ceritakan ini adalah perjalanan ke Makam Mama Falak Pagentongan Bogor.

Mama Falak atau Tubagus Muhammad Falak Bin Tubagus Abbas adalah ulama dibidang Tafsir Qur'an, Ilmu falak, dan ilmu fiqih. Beliau juga ahli di bidang Ilmu Tasawuf, dan pengamal, juga salah satu Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah dengan berbaiat langsung pada Syech Abdul Karim Banten, seangkatan dengan Syech Al Mukarom Abdullah Mubarak Bin Nur Muhammad Ra. ayahanda dari Syekh Al Mukarom Ahmad Shohibul Wafa' Tajul Arifin Ra. 


Foto Saya bersama Ki Demang cucu dari Mama Falak (berbaju hitam)


Ilmu yang hendak dicari dalam rihlah dari Pusara ke Pusara adalah historiografi para ulama dari lisan para ahlul baitnya. Bisa menemukan keluarga ulama di sekitaran makam juga suatu pengalaman ruhaniah pula. Ada yang mengamalkan selawat sebelum hendak berziarah, agar mendapatkan ilmu sesuai bunyi wirid yaa khofial lutfhi adrikni bilutfikal khofiyyi, ilmu tersembunyi dari yang nampak. Terkadang peziarah bisa langsung menjalin komunikasi dengan ruh ulama yang diziarahi. Seperti Abah Guru Sekumpul bertemu Baginda Nabi Saw. di Makamatnya. 

Tapi bagi murid tarekat bisa bertemu dengan ahlul bait saja, juga merupakan pengalaman berharga. Bisa merasa terpesona, sama halnya dengan para wali saat berkomunikasi dengan ruh ulama yang diziarahi. Guru Mursyid akan membimbing jiwa ruhaniah muridnya agar tidak merasa pencapaian pengalaman ruhaniahnya dikaitkan kepada amal solehnya. Pengalaman ruhaniah murid semata-mata hanya akan disandarkan pada rahmat dan pertolongan Allah.

Ki Demang

Seperti saat kami mengalami pengalaman yang memesonakan ini di halaman rumah Mama Falak yang menjadi fasat makamnya:

Seorang lelaki memperkenalkan diri bernama Ki Demang, ia adalah anak dari anak pertama dari Mama Falak. Ia yang memegang kunci rumah milik kakeknya itu, dan menjadi penjaga amanat makam yang berada di sebalik rumah tersebut.

Sebelum ziarah kami diperkenankan untuk bisa bertemu Syech Hakim yang juga merupakan keponakan Ki Demang, beliau merupakan Murysid pelanjut Thoriqoh Qodiriyah Al Jilani, Ki Demang tidak menyebut Thoriqoh Qodiriyah Naqsbandiyah. 

Karena kami terpesona bertemu dan menyalami Syech Hakim, kami tidak sempat bertanya banyak hal kepada Syech Hakim. Padahal Ki Demang menyarankan kami untuk meminta Ijazah Dzikir Dalalul Khoirot. Kami kembali ke Makam.

Di hadapan Ki Demang sudah tersedia dua cangkir kopi. Kami melanjutkan obrolan. Ki Demang tetap menyarankan agar bisa bertemu sekali lagi dengan Syech Hakim. Cucu Mama Falak itu berkata, 

"Aku punya rasa berbeda bertemu kalian, tidak semua orang asing yang datang kesini saya tunjukan langsung pada Syech Hakim."

Beliau beranjak mengantarkan kami ke suatu tempat untuk solat Isya, keterpesonaan bertemu Syech Hakim melalaikan Isya kami. Tempat itu adalah tempat riyadhohnya Mama Falak. Kami kembali terpesona, mungkin seperti perempuan-perempuan teman Siti Zulaekha yang melukai jemarinya sendiri dengan pisau pemotong makanan kala melihat Nabi Yusuf As, kami betul ternganga-nganga. Terkhusus saya yang bodoh ini bisa dipersilahkan solat di kamar tirakat ulama besar. Ini bukan pengalaman ruhaniah biasa. Karenanya saya merasakan goflah saat dzikir 165. Dalam hati sanubari saya berkata: kami peziarah pilihan di antara ratusan mungkin ribuan peziarah. 

Solat Isya di kamar Mama Falak ditutup Solat lidafil bala' dan solat Syukur Nikmat untuk menyambut HUT RI ke 78 keesokan harinya. Setelah itu kami melihat-lihat sekeliling rumah. Ada banyak sekali foto para wali, dan yang paling epik adalah lukisan Mama Falak sendiri bersanding dengan lukisan Syech Hakim. 


Foto saya bersama Ustad Taufik di kamar riyadhohnya Mama Falak

Kesadaran Bumi

Selepas Isya kami beranjak ke makam untuk berziarah. Di hadapan kami sudah ada jamaah lain tengah mendawamkan dzikir jahar yang sama, kami semua murid TQN dari Mursyid yang berbeda. Setelah itu kami kembali ke hadapan Ki Demang dan segera pamit pulang, rencana kami kembali menemui Syech Hakim batal, karena beliau sudah kembali ke kamarnya.

Kami merasa ketiban rejeki besar malam itu. Ada lagi selintasan rasa dalam hati, semua itu terjadi karena amal solih kami sehingga diundang langsung oleh keluarga Ulama keturunan Kesultanan Banten ini, menjadikan kami mendapat berkah sebagai peziarah pilihan. Tapi Ustad Taufik mengatakan itu semua adalah berkat dan karomahnya Guru Mursyid yang memiliki keterkaitan sanad dengan Mursyid-mursyid TQN lainnya. Saya malu dan merasa menjadi murid yang tak memiliki adab, tapi kenapa Ustad Taufik tahu apa yang saya katakan dalam hati? Maqom suluk saya memang tak jua meningkat, masih di level orang syariat yang fasik. Berkumpul dengan orang-orang soleh seperti Ustad Taufik bisa mencegah kita dari perbuatan fasik.

Keterpesonaan kami atas peristiwa ziarah malam itu mulai tergantikan dengan kesadaran bumi, kami harus segera pulang. Kalau tidak, kami bisa menginap dan lupa kalau keluarga menanti di rumah. Bertemu keturunan orang soleh adalah ranting pengetahuan yang langsung mendapatkan buahnya berupa histriografi ulama nusantara melalui budaya lisan. Dan mendapat ilmu dari keturunan ulama sudah pasti lebih valid dari historigrafi ulama dalam buku-buku sekalipun.

Sekali lagi, semuanya karena af'alnya Allah Ta'ala. Bukan hebatnya kita. Kita hanya ketiban rahmat pertolonganNya.(*)


Foto-foto:


Fasat Makam Mama Falak

Sosok Ustadi Taufik
Mubaligh LDTQN Kab. Bekasi

Pintu tempat Syech Hakim biasa keluar menemui tetamu


Historiografi Mama Falak



Tidak ada komentar:

Posting Komentar