Rabu, 22 November 2017

ESAI

Ini Hidungku mana Hidungmu?
M Taufan Musonip

Tak harus tersinggung jika orang mengatakan diri Anda jelek. Sebab dunia sudah sepakat, bahwa kecantikan itu relatif. Kenapa dunia selalu diukur dan dilihat dari mata orang tampan atau cantik? Cantik atau jelek hanya soal siapa yang berkuasa. Lihatlah narasi-narasi mengenai sastra Pascakolonial, standar kecantikan hanya dimiliki kaum penjajah. Pesek adalah antitesa dari hidung mancung. Kulit berwarna adalah kasta terendah dari pergaulan manusia global.

Masa itu, masa kolonial, orang kulit berwarna (ya mau gimana lagi takdir hidung pesek orang kita ini dibentuk oleh iklim, bukan?) apabila ingin dianggap sederajat dengan penjajahnya, harus memakai pemutih, tapi hidung pesek tak bisa dimancung-mancungkan itu realitas dari ras manusia Asia. Kecuali ada nasib baik anda dilahirkan sebagai seorang Indo.


Menyelami Hakikat yang Jelek
Saat itu ras orang pesek mencoba berdamai dengan kenyataan. Berdamai dengan peseknya. Ia mulai tampil di podium-podium perlawanan, melawan rasisme, dengan upaya hibridisasi, mengambil sebagian gaya hidup dan pemikiran kaum penjajah untuk digunakan menjadi senjata untuk memberontak. Ini mengandung resiko, meski penjajahan berhasil mereka usir, gaya hidup baratnya menular kepada generasi selanjutnya, dan ditafsirkan sebagai peradaban pemenang. Kolonialismenya lari tunggang langgang, rohnya masih tertinggal. Sehingga ketika mereka menyamar dalam wujud baru, yang terjajah menganggap itu bukan siapa-siapa, menerimanya sebagai tahap kemajuan lanjutan.

Neo-kolonialisme membuat kaum kulit berwarna dan hidung pesek menjadi rendah diri. Jika Anda tak mampu melakukan bedah plastik, Anda masih bisa membeli produk-produk yang digelontorkan untuk menyamarkan ras  asli Anda, Anda masih bisa mencicil klaster-klaster perumahan mewah yang nama kampungnya jauh dari nama kampung di mana anda di lahirkan. Anda bisa memasuki kawasan perbelanjaan dengan nama seperti Hollywood Junction, atau apartemen nuansa Jepang di Cikarang. Nama-nama komplek hunian Meikarta, adalah nama yang akan membuat anda menjadi bagian dari pergaulan dunia. Dengan begitu kepesekan anda akan samar adanya. Anda berhak tersinggung jika disebut pesek yang otomatis berarti menjadi orang jelek sedunia. Meskipun kenyataannya hidung Anda masih pesek. Tapi kalau sudah Anda kuasai dan beli produk-produk yang saya sebutkan di atas, Anda berhak memberontak jiwa primordialisme Anda.

Tapi jika anda mau mencoba menyelami hakikat kejelekan anda. Memandang hidung pesek yang menyempil di wajah anda dalam cermin, maka akan diketahui, dunia akan lebih indah dibanding penglihatan orang-orang tampan dan jelita. Sekali-kali janganlah Anda lawan kuasa rupa jelek Anda, cobalah berdamai. Dalam menyelaminya, akan ditemukan ribuan kata mengandung hikmah bahkan ketika anda tak mampu mengatakan tampannya lelaki yang tak pernah sama sekali serius mencintai anda, lelaki yang sama sekali tak memiliki perhatian terhadap anda, meski sudah berdandan dengan modal kosmetik yang mahal harganya. Jadilah kawah yang bau belerangnya, mengantarkan keindahan punggung gunung. Dunia lahir dari lubang hitam yang menganga, dari ledakan yang mengantarkan keteraturan. Nabi Isa memendarkan Mukjizatnya kepada orang-orang buta dan berpenyakit sopak. Nabi Muhammad, banyak menikahi perempuan yang secara rupa kurang beruntung. Yati Pesek melegenda dalam srimulat, karena kepesekannya dapat memancing joke-joke dari kawan mainnya yang membuat penontonnya tertawa. Dan saya rasa Rina Nose pun, berhasil menjadi pesohor karena peseknya itu. Anda bisa tiru beliau, tak pernah oleng, meski selalu gagal menundukkan lelaki idaman. Apalagi Niin ini orang sunda, orang sunda kaya akan cerita yang menuliskan hikayat orang-orang jelek, dari mulai Si Lamsijan Kaedanan buah tangan Ki Umbara, hingga Rusiah nu Goreng Patut karya Joehana.      

Bebas
Selamilah kejelekan Anda, secara mendalam. Tak usah salahkan Tuhan yang tak adil menunjuk anda memerankan diri sebagai yang jelek di dunia ini. Pandangilah dalam cermin dan tertawakan sendiri kejelekan yang melegenda itu, itu hiburan bagi Anda, dan bila diketahui oleh banyak orang, kehadiran Anda menularkan hiburan bagi dunia yang oleh para jelita dijalankan secara kaku dan tak bersemarak. Kejelekan adalah lubang hitam yang melahirkan dunia dan seisinya yang maha teratur.

Dan apabila ada orang yang mengatakan diri anda itu pesek, berarti ia sedang membuat anda tersadar akan jiwa primordial Anda: inilah hidungku, mana hidungmu? Tapi sayangnya Anda malu dengan perjalanan pergaulan yang sudah sampai tahap global itu, yang memenangkan kaum hidung mancung sebagai peradaban paling maju dan mutakhir. Tapi boleh Anda tunjuk kesalahan pada penulis novel dan cerita pendek  yang miskin penggalian karakter pada penokohan orang jelek. Beruntung kita orang sunda ya Rina, seperti saya sebutkan di atas tadi, masih ada karya-karya yang mengumpulkan hikayat orang jelek. Loh kok jadi Rina, sih?

Cikarang 21 November 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar