M Taufan Musonip
Penjaraku bersama
kekasih adalah surga Firdaus
Nerakaku bersama
kekasih adalah cahaya hati.
(Syair Majnun dalam Kitab Kebijaksanaan Orang Gila. Abu Al
Qasim An Naishaburi)
Bagi film Dilan 1990 (Sutradara Fajar
Bustomi dan Pidi Baiq: Penulis Novel Dilan yang diadaptasi film ini) syair di
atas mungkin terlalu berat sebagai pembuka. Tapi kenyataannya, Film yang pada
hari kedua penayangannya konon telah menembus 500,000 penonton, entah disengaja
atau tidak, bukan hanya menyasar penonton remaja terlebih kalangan orangtua,
yang mengalami masa remaja di tahun 90-an.
Apa yang membuat kegilaan cinta Dilan
(Iqbaal Ramadhan) kepada Milea (Vanesha Prescilla) teramat menyentuh bagi
remaja jaman sekarang, meski latar cerita diambil pada tahun 1990an? Tak lain
karena dialog yang dibangun untuk mencitrakan karakter Dilan begitu kuat
terhadap kekasihnya, bukan hanya puitis, sebagaimana film-film romantis, tetapi
stylis, sekaligus humoris. Saya amati
sepanjang film berlangsung, Dilan tak ubahnya penyihir kata-kata yang mampu
membuat penonton sangat haru. Bagi penonton dewasa seperti saya, dosky telah
membuat saya merasa dapat mengakrabi kembali dunia remaja yang terjadi puluhan tahun
yang lalu.
Kamar Dilan
Sihir kata-kata Dilan saat merayu
Milea, telah dijadikan banyak meme di media sosial, baik sekedar mengutip
maupun diplesetkan. Kekuatan kata-kata itu bersumber pada kegemaran Dilan
menulis puisi, bahkan ada puisi yang dikhususkan untuk kekasihnya. Kamar Dilan
yang oleh Milea disinggahi bersama ibu kekasihnya itu (Ira Wibowo), terdapat
banyak sekali buku, meski tidak secara detail digambarkan buku apa saja yang
dibaca oleh Dilan. Memberi ruang pembelajaran bagi remaja jaman sekarang,
kenyataannya puisi menjadi bagian penting membangun karakter seorang manusia.
Meski bukan baru film ini saja puisi menjadi landasan seorang pemuda menjadi
dambaan para pemudi, sebagaimana kita
ketahui dalam Ada Apa dengan Cinta 1
& 2, di mana karakter penyair, menumbuhkan sendi-sendi estetika memupuk
romantisme. Dalam Film Notebook (2004),
untuk mengukuhkan citraan pemuda romantis, nama penyair seperti Walt Withman,
dan Tynnason di sebutkan dalam sebuah dialog ayah-anak yang nyentrik, tak pelak
membuat makin tergila-gila seorang anak gadis ningrat bernama Allison Hamilton
(Rachel McAdams), dan memudarkan identitas pemuda Noah Junior (Ryan Gosling)
yang sebagai jelata di mata sang gadis.
Dalam film Dilan, tidak ada
pertentangan kelas. Yang ada adalah persaingan dua lelaki meski keduanya tak
pernah berjumpa, Beni (Brandon Salim), mewakili citraan remaja yang tak puitis,
yang menurut Milea: menulis puisi cinta saja harus menyontek puisi Kahlil
Gibran, sebagai pemuda yang kasar secara verbal dan sangat emosional.
Agresifitas Beni, tak mampu meluluhkan hati Milea, karena gagal melindungi dan
menempatkan derajat keperempuanan Milea pada tempat yang semestinya. Ketika
Beni berteriak kepada Milea sebagai perempuan gatal yang tak setia dan tak
ubahnya pelacur, karena mendapati Milea bersama kawan lelakinya pada acara
cerdas cermat di Jakarta, tanpa memberitahu kedatangannya, padahal Beni tinggal
di Jakarta. Dilan, meyakinkan Milea secara puitis, bukan sekedar kata-kata, ia
berikrar, akan melindungi Milea dengan segenap tenaga. Selain penyair, Dilan
juga jago berkelahi. Ia adalah panglima perang gank motor.
Citraan dualitas Dilan, yang
mencintai keindahan dengan menulis puisi sekaligus sebagai anak nakal yang suka
tawuran, ingin menggambarkan berbagai kemungkinan prilaku remaja, yang secara
psikologis bisa saja memengaruhi penonton remaja lebih tertarik pada
kenakalannya. Namun orangtua dapat memberi pengaruh, bahwa kekuatan Dilan bukan pada jago
berkelahinya, tetapi kekuatan kata-kata puitisnya yang dapat meluluhkan Milea,
sebagaimana Ibnu Arabi, yang mengatakan Wanita adalah modus aktif bagi seorang
lelaki, untuk berkreasi, tak pelak puisi itu adalah perempuan sendiri sebagai
citraan keindahan. Pada akhirnya Milea lah yang berhasil mencegah Dilan
menyerang siswa sekolah lain yang pernah menyerang sekolahnya.
Belum Segila Majnun
Tarik-ulur usaha Dilan mendapatkan
cinta Milea membuat cerita bertele-tele. Sekaligus tidak mudah ditebak
sebagaimana film romantis pada umumnya. Dilan kenyataannya tidak datang menjadi
pendamping grup cerdas cermat di Jakarta, membuat Milea tidak mendapatkan
perlindungan saat Beni datang dengan api cemburu. Dilan juga sempat mengacuhkan
Milea, ketika diketahui lebih dekat dengan kawan lelaki lainnya. Properti film
yang menggambarkan setting 90an masih kurang kuantitasnya selain telepon kabel,
kendaraan keluaran di bawah 90an dan rumah-rumah klasik di sekitar Buah Batu,
Bandung. Mungkin misalnya karena musik yang mengiringi sepanjang film ini tidak
ada yang diambil dari musik 90an. Tak ada kosakata “gaul” 90an seperti doi,
tengsin, dokat, kongkow, kemek, prokem atau lainnya, tak lain karena film ingin
disesuaikan untuk remaja milenial. Keberanian berdebat dengan guru hanya karena
membela kekasihnya, dirasakan berlebihan. Masa 90an adalah masa “diktatorial”
guru, tapi kenyataannya Dilan adalah anak kolong (anak tentara), yang di masa
Orde Baru, tentara mendapat tempat istimewa dalam strukur masyarakat.
Bisakah film ini menandingi legenda
film serial Si Lupus? walaupun yang
diceritakan pergaulan remaja puluhan tahun lalu di mana Film dan novel Si Lupus
tengah digandrungi. Ditandai Rencana kelanjutannya dalam film Dilan 1991,
sinyalemen itu ada, bagai menambatkan kerinduan film remaja yang sejauh
pengamatan saya belum ada sefenomenal Si
Lupus.
Selesai menonton, setelah nasihat
saya sampaikan kepada anak saya, dia bertanya, kenapa puisi-puisi dalam
pelajaran sekolahnya, tak ada yang seromantis yang ditulis Dilan, jika memang
Puisi itu penting? Saya hanya menjawab, kalau begitu buatlah puisi romantis. Tapi
dia menyanggah, sekolah, melalui guru bahasa Indonesianya, tak pernah
mengajarkan bagaimana menulis puisi romantis, kecuali kaidah-kaidah majas yang
membosankan. Maka sesampainya di rumah saya menyodorkan syair Majnun di atas
kepada anak saya. Dilan belum segila Majnun mencintai Laila. Tentu saja anak
saya tidak langsung setuju, ia membuka pertanyaan lain, yang tidak bisa saya
sampaikan di sini.(*)
Sukatani, 29 Jan 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar