Senin, 29 Januari 2018

ESAI

Hasil gambar untuk dilan 1990

Dilan 1990 untuk Penonton Remaja dan Orangtua
M Taufan Musonip


Penjaraku bersama kekasih adalah surga Firdaus
Nerakaku bersama kekasih adalah cahaya hati.
(Syair Majnun dalam Kitab Kebijaksanaan Orang Gila. Abu Al Qasim An Naishaburi)

Bagi film Dilan 1990 (Sutradara Fajar Bustomi dan Pidi Baiq: Penulis Novel Dilan yang diadaptasi film ini) syair di atas mungkin terlalu berat sebagai pembuka. Tapi kenyataannya, Film yang pada hari kedua penayangannya konon telah menembus 500,000 penonton, entah disengaja atau tidak, bukan hanya menyasar penonton remaja terlebih kalangan orangtua, yang mengalami masa remaja di tahun 90-an.

Apa yang membuat kegilaan cinta Dilan (Iqbaal Ramadhan) kepada Milea (Vanesha Prescilla) teramat menyentuh bagi remaja jaman sekarang, meski latar cerita diambil pada tahun 1990an? Tak lain karena dialog yang dibangun untuk mencitrakan karakter Dilan begitu kuat terhadap kekasihnya, bukan hanya puitis, sebagaimana film-film romantis, tetapi stylis, sekaligus humoris. Saya amati sepanjang film berlangsung, Dilan tak ubahnya penyihir kata-kata yang mampu membuat penonton sangat haru. Bagi penonton dewasa seperti saya, dosky telah membuat saya merasa dapat mengakrabi kembali dunia remaja yang terjadi puluhan tahun yang lalu.


Kamar Dilan
Sihir kata-kata Dilan saat merayu Milea, telah dijadikan banyak meme di media sosial, baik sekedar mengutip maupun diplesetkan. Kekuatan kata-kata itu bersumber pada kegemaran Dilan menulis puisi, bahkan ada puisi yang dikhususkan untuk kekasihnya. Kamar Dilan yang oleh Milea disinggahi bersama ibu kekasihnya itu (Ira Wibowo), terdapat banyak sekali buku, meski tidak secara detail digambarkan buku apa saja yang dibaca oleh Dilan. Memberi ruang pembelajaran bagi remaja jaman sekarang, kenyataannya puisi menjadi bagian penting membangun karakter seorang manusia. Meski bukan baru film ini saja puisi menjadi landasan seorang pemuda menjadi dambaan para pemudi,  sebagaimana kita ketahui dalam Ada Apa dengan Cinta 1 & 2, di mana karakter penyair, menumbuhkan sendi-sendi estetika memupuk romantisme. Dalam Film Notebook (2004), untuk mengukuhkan citraan pemuda romantis, nama penyair seperti Walt Withman, dan Tynnason di sebutkan dalam sebuah dialog ayah-anak yang nyentrik, tak pelak membuat makin tergila-gila seorang anak gadis ningrat bernama Allison Hamilton (Rachel McAdams), dan memudarkan identitas pemuda Noah Junior (Ryan Gosling) yang sebagai jelata di mata sang gadis.


Hasil gambar untuk dilan 1990Dalam film Dilan, tidak ada pertentangan kelas. Yang ada adalah persaingan dua lelaki meski keduanya tak pernah berjumpa, Beni (Brandon Salim), mewakili citraan remaja yang tak puitis, yang menurut Milea: menulis puisi cinta saja harus menyontek puisi Kahlil Gibran, sebagai pemuda yang kasar secara verbal dan sangat emosional. Agresifitas Beni, tak mampu meluluhkan hati Milea, karena gagal melindungi dan menempatkan derajat keperempuanan Milea pada tempat yang semestinya. Ketika Beni berteriak kepada Milea sebagai perempuan gatal yang tak setia dan tak ubahnya pelacur, karena mendapati Milea bersama kawan lelakinya pada acara cerdas cermat di Jakarta, tanpa memberitahu kedatangannya, padahal Beni tinggal di Jakarta. Dilan, meyakinkan Milea secara puitis, bukan sekedar kata-kata, ia berikrar, akan melindungi Milea dengan segenap tenaga. Selain penyair, Dilan juga jago berkelahi. Ia adalah panglima perang gank motor.

Citraan dualitas Dilan, yang mencintai keindahan dengan menulis puisi sekaligus sebagai anak nakal yang suka tawuran, ingin menggambarkan berbagai kemungkinan prilaku remaja, yang secara psikologis bisa saja memengaruhi penonton remaja lebih tertarik pada kenakalannya. Namun  orangtua dapat memberi pengaruh, bahwa kekuatan Dilan bukan pada jago berkelahinya, tetapi kekuatan kata-kata puitisnya yang dapat meluluhkan Milea, sebagaimana Ibnu Arabi, yang mengatakan Wanita adalah modus aktif bagi seorang lelaki, untuk berkreasi, tak pelak puisi itu adalah perempuan sendiri sebagai citraan keindahan. Pada akhirnya Milea lah yang berhasil mencegah Dilan menyerang siswa sekolah lain yang pernah menyerang sekolahnya.

Belum Segila Majnun
Tarik-ulur usaha Dilan mendapatkan cinta Milea membuat cerita bertele-tele. Sekaligus tidak mudah ditebak sebagaimana film romantis pada umumnya. Dilan kenyataannya tidak datang menjadi pendamping grup cerdas cermat di Jakarta, membuat Milea tidak mendapatkan perlindungan saat Beni datang dengan api cemburu. Dilan juga sempat mengacuhkan Milea, ketika diketahui lebih dekat dengan kawan lelaki lainnya. Properti film yang menggambarkan setting 90an masih kurang kuantitasnya selain telepon kabel, kendaraan keluaran di bawah 90an dan rumah-rumah klasik di sekitar Buah Batu, Bandung. Mungkin misalnya karena musik yang mengiringi sepanjang film ini tidak ada yang diambil dari musik 90an. Tak ada kosakata “gaul” 90an seperti doi, tengsin, dokat, kongkow, kemek, prokem atau lainnya, tak lain karena film ingin disesuaikan untuk remaja milenial. Keberanian berdebat dengan guru hanya karena membela kekasihnya, dirasakan berlebihan. Masa 90an adalah masa “diktatorial” guru, tapi kenyataannya Dilan adalah anak kolong (anak tentara), yang di masa Orde Baru, tentara mendapat tempat istimewa dalam strukur masyarakat.
     

                                    Hasil gambar untuk dilan 1990


Bisakah film ini menandingi legenda film serial Si Lupus? walaupun yang diceritakan pergaulan remaja puluhan tahun lalu di mana Film dan novel Si Lupus tengah digandrungi. Ditandai Rencana kelanjutannya dalam film Dilan 1991, sinyalemen itu ada, bagai menambatkan kerinduan film remaja yang sejauh pengamatan saya belum ada sefenomenal Si Lupus.

Selesai menonton, setelah nasihat saya sampaikan kepada anak saya, dia bertanya, kenapa puisi-puisi dalam pelajaran sekolahnya, tak ada yang seromantis yang ditulis Dilan, jika memang Puisi itu penting? Saya hanya menjawab, kalau begitu buatlah puisi romantis. Tapi dia menyanggah, sekolah, melalui guru bahasa Indonesianya, tak pernah mengajarkan bagaimana menulis puisi romantis, kecuali kaidah-kaidah majas yang membosankan. Maka sesampainya di rumah saya menyodorkan syair Majnun di atas kepada anak saya. Dilan belum segila Majnun mencintai Laila. Tentu saja anak saya tidak langsung setuju, ia membuka pertanyaan lain, yang tidak bisa saya sampaikan di sini.(*)

Sukatani, 29 Jan 2018.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar