Sabtu, 16 Maret 2019

Esai

Puisi dan Matematika
M Taufan Musonip

MATEMATIKA adalah seni mengolah angka. Sedang puisi seni mengolah kata,  beberapa ilmuwan sains sengaja melekatkannya untuk mengatakan bahwa matematika adalah puisi. Puisi tak pernah lepas dari angka,  keindahan pantun dibangun dengan deret angka suku kata. Termasuk geguritan memerlukan kaidah persamaan matematis tertentu untuk menghasilkan bunyi. Sedang persamaan matematika dibangun oleh kaidah puitis. Seperti halnya definisi bilangan prima.  "Ia adalah deret angka lebih dari 1 yang hanya akan habis oleh dirinya sendiri dan angka 1." Hal itu puitis meski ditulis dengan cara esai,  isinya mengandung khazanah spritual: setelah 1, kehidupan akan habis oleh dirinya sendiri melalui ketentuan hukum Tuhan. Mirip prinsip yang dianut kaum Assyari'iyah dalam Islam. 


Lain halnya dengan deret Bonacci,  deret angka ini ditemukan oleh Leonardo Da Pisa,  Ilmuwan italia,  yang tertarik memperdalam bahasa arab,  yang menurutnya angka arab lebih mudah dijabarkan dalam kehidupan ketimbang misalnya angka romawi yang tidak memiliki angka 0. Bonnaci sendiri memperkenalkan angka 0 yang ada dalam aljabar, sebagai mahakarya matematikawan legendaris arab Al Khawarijmi,  kepada masyarakat Eropa. Bukunya Liber Abaci ditulis dalam bahasa Arab dan Hindu. Ia menemukan derer bonacci yang unik,  seperti kaidah seni yang dipakai untuk membuat pantun berkait, deret angkanya sebagai berikut:

1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55 dst

Persamaan yang didapat adalah:

Sebuah barisan dimana suku ke n hasil penjumlahan dari suku (n-1) dengan suku (n-2). Atau Fn=Fn-1+Fn-2. 

Matematika dan puisi tidak saling meniadakan,  mereka saling mempengaruhi. Bahkan mungkin telah lama berpacaran. Buktinya banyak sekali kaum sufi awalnya adalah seorang matematikawan,  dan akhirnya menulis puisi. Memanfaatkan matematika secara tidak puitis melahirkan masyarakat matematis yang serba kapitalistik,  sebaliknya mempercayak puisi tanpa unsur matematis,  melahirkan masyarakat yang terlampau soliter, kurang memperhitungkan pentingnya realitas. (*)

*Gambar: segitiga paskal yang berkaitan erat dengan Deret Bonacci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar