Selasa, 13 November 2018

Aku Membencimu

Aku Membencimu


Kau tahu,  hari ini aku teramat gelisah. Tingkatnya melebihi kegelisahan kegelisahan yang telah lalu. Aku kini seperti gunung kegelisahan. Yang entah kapan meledakkan magmanya. Sebuah gunung,  seperti terlihat perkasa,  padahal mengandung tangisan. Tak akan ada yang mampu melawan kesetimbangan alam. Dulu aku percaya kesunyian bisa melawannya. Tapi aku baru sadar,  aku hanya baru sampai pada kesendirian,  yang bagai batu asah terus memperuncing kekecewaanku padamu.  Dengan pisau kekecewaan itu aku ingin membunuh kesendirian, nyatanya yang berdarah waktu. Ya, waktu, semacam alasan-alasan bagaimana kau harus segera hilang dalam ingatan sekaligus banyak hal yang sudah kumiliki tak jua dapat menggantikanmu.

Mungkin tadi aku memilih jenis kopi yang salah saat bertemu relasi, kurasa itu yang membuat cemas. Tapi kopi tanpa realitas tak akan menghasilkan kecemasan. Kejahatan menguntit seperti malaikat maut. Bebas merdeka membayang-bayangi kesendirian. Aku takut,  kupanggil Tuhan. Tapi yang kuminta mendengar Kau. Aku membencimu,  kukatakan itu pada Tuhan.

Nov 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar