Kamis, 08 November 2018

Mencari Orang Gila

Mencari Orang Gila


Untuk perempuan yang hatinya pernah kusinggahi. Mohon maaf jika malam ini aku coba mengingatmu lagi. Tapi kuingatkan waspadalah dengan ingatan tentangmu yang kadang kadang berpijar ini,  nyatanya malaikat sering sampaikan, perasaan sedih ditinggalkan,  kangen dan kekecewaan yang besar melalui mimpi,  dan kamu akan merasa betapa menyesal meninggalkanku. Aku mengatakan begitu bukan aku hebat. Tidak! Justru karena aku mengetahui keadaan jiwaku,  kau berkali kali datang kepadaku melalui mimpi juga. Aku pun makin sadar kesalahanku untuk bisa terus mempertahankan kebersamaan kita dulu. Setiap ingat seperti itu,  gantian kau akan memimpikanku. Ternyata saling menyakiti dan benci tak berhenti saat sudah berpisah,  justru makin menyusahkan saat kita tak bersama lagi.

Aku tahu aku harus segera melupakanmu. Aku mencari kesibukan kala tidak kerja. Menulis tentang apa saja. Membaca apa saja. Tapi kadang kadang aku ingin membuktikan padamu,  bahwa aku bisa melakukan sesuatu untukmu yang dahulu kau katakan tak mungkin. Ternyata aku bisa melakukan semuanya. Dan tiba-tiba aku merasa berhak membawamu kembali. Sekaligus merasa jengkel,  kenapa pada masa sulit itu kau tak setia menemani. Aku bertanya kepada diriku sendiri,  bukankah bukti cinta itu kesetiaan?  Kenapa kita tidak pernah bisa membuktikan hal itu?  Sebuah cara pikir sederhana tentang bagaimana harus mencintai. Aku berpikir ulang untuk mengangankan kau kembali. Pada saat itu,  aku merasa kau adalah mahluk paling bebal yang hanya layak buat dikutuk.


Aku pernah mendengar kau meracau,  tentang nikmatnya menjadi laki-laki. Kau memprotes ketidak-adilan gender. Padahal sebelum kamu berpikiran seperti itu, aku merasa menikahimu adalah saat yang kalah bagi laki laki, atau aku harus mengalah,  ku agungkan kamu dalam setiap kesempatan dengan bekerja memahami dunia yang lebih relistis. Melupakan tugas idealku sebagai laki-laki dan pada saat yang sama aku dituntut mampu menguasai dua duanya. Saat itu kubisikan kepadamu:

Tenang,  kau akan bahagia sebagaimana arti bahagiamu sendiri.

Tapi nyatanya aku gagal meyakinkan,  karena orang-orang luar sana,  sudah tak percaya hal hal yang ideal. Yang ideal itu kutanam sejak aku dilahirkan,  bagaimana bisa kucerabut kubakar sesuai kehendakmu,  kau berhasil membakarnya pun ia akan selalu menyala dalam bisikan dan isyarat alam. Begitu aku pernah katakan padamu.  Kau tak bisa mematikannya bukan karena kau lemah,  tapi karena ia seperti semacam kegilaan yang menggelandang yang tak bisa lagi dirayu-rayu dengan keindahan dunia. Tubuhku tergoda tapi tidak dengan kegilaanku,  ia akan datang kapan saja mengambil tubuhku sebagai alatnya.


Saat kau pergi,  itu adalah kekalahanku selanjutnya. Kubuktikan cintaku padamu justru saat kau pergi, apa yang kau inginkan dahulu kukejar,  aku buktikan aku bisa mendapatkannya,  tapi aku kehilangan orang gila dalam jiwaku. Aku mencarinya,  dalam berbagai bacaan,  tulisan,  pergaulan dunia kerja,  kudengar suara samar samar seperti penyair yang membaca puisi tapi tak lagi jelas apa yang dibacanya. Kau bisa mencerabutnya justru saat kau telah pergi,  mungkin melalui tangan gaib mimpimu.

Malam Ini kucoba mengingatmu lagi. Yang tiada guna dan hampa. Kuukir namamu dalam sebuah papan:

Rumah milik Andriani yang Telah Lama Diidamkan


Kugantung di depan rumahmu, yang kukredit,  semoga tulisan di papan itu sampai di mimpimu,  atau ada sesosok malaikat yang menyamar manusia pengabar untuk kau bisa datang ke sini. Sebuah surat untukmu kugeletakkan di meja kamar,  silahkan dibaca. Aku pergi mencari kegilaanku yang kau culik dan entah kau sekap di mana. Aku mengerti siapa kekasihku sesungguhnya. Yang harus kukejar hingga mati.

November 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar