Kekasih Perjuangan
M Taufan Musonip
M Taufan Musonip
Silver Lining Playbooks dibintangi oleh Bradley Cooper dan Jennifer Lawrance (Pemenang Aktris
terbaik Academy Award). Film ini cukup mengharukan, terutama peran Jennifer
sebagai Tiffany, perempuan cantik penuh daya juang menaklukan Pat (Cooper)
untuk melupakan masa lalunya. Pat terkena depresi setelah semuanya sirna,
terutama kehilangan istri yang dicintainya, dia mendapatkan terapi di RSJ Baltimore, dan dikembalikan
kepada keluarganya, semua orang mendukung Pat untuk melupakan istrinya karena
berselingkuh. Karena nasib yang sama, Tifanny yang ditinggal mati suaminya,
berjuang melupakan masa lalunya dengan mencintai Pat.
Saya bukan kritikus film, hanya
meyakini film adalah karya seni yang kisahnya bisa jadi diambil dalam cerita
kehidupan manusia. Diramu dalam pendalaman karakter para tokoh oleh pemerannya.
Sehingga tampil lebih indah dari potongan kehidupan aslinya. Seperti yang kita
dapatkan dalam novel dan puisi.
Pat menyemangati hidupnya
dalam spirit excelsior, sebuah
dorongan kuat untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Dia melakukan hal-hal
positif dengan berolah raga dan membaca buku sebagai spirit excelsior yang mengacu pada istri yang
dicintai dan tak akan mungkin dilupakannya. Berangsur-angsur teralihkan oleh
relasinya dengan Tifanny, yang dengan rela menyampaikan surat-surat Pat untuk mantan
istrinya yang sering berkunjung pada iparnya. Syaratnya Pat harus membayar
jasanya menemani Tifanny belajar menari. Dari sinilah kehidupan lelaki itu
mulai berubah.
Perlu ada sebuah
kesempatan dalam hidup ini agar kita menjadikan masa lalu sebagai pelajaran,
dan berhenti menguasai masa kini dan masa depan kita. belakangan saya menemukan
beberapa sahabat yang gagal move on,
dan terpuruk dalam kenangan sendiri dan menjadikannya pemurung. Orang-orang itu
setidaknya memerlukan sebuah kondisi yang membuatnya dapat menghargai dirinya
sendiri, ketimbang masa lalu yang kadangkala menyalahkan diri sendiri. Lebih
payah lagi mereka mendapatkan tempat yang salah, ada mesin waktu yang
menariknya ke masa lalu yang lain, menemukan sahabat-sahabat yang bisa mengerti
keadaannya, dan mulai move on, tetapi dalam setengah perjalanan mereka
diturunkan, karena kondisi sudah berbeda. “Aku sudah memiliki keluarga, dan
harus aku pertahankan.” Demikian tulis kekasihnya, dalam sebuah chat, dan ia
harus mencari jalan lain karena kembali menjadi masa lalu.
Harus mendapatkan tempat
yang tepat ketika kita akan melakukan perjalanan. Menempatkan kita di tujuan
akhir. Andai ada perempuan macam Tifanny yang memiliki bola mata indah dan
sinaran tulusnya dalam menggapai cintanya, maka dengan mudah siapapun dapat
menikmati perjalanan menuju masa depan.
Jika film adalah produk
yang menciptakan kebudayaan besar, tentu harus menginspirasi. Produk-produk
kebudayaan selalu bersifat mikro, lahir dari tangan-tangan soliter pengarangnya
untuk dinikmati oleh penontonnya sebagai hiburan, yang tanpa sadar kita
dibuatnya terpengaruh, dan tiba-tiba saja kita punya cara pandang berbeda
terhadap kehidupan. Dan cara pandang itu akan tanpa tak terduga menjadi sebuah
sikap yang makro. Memengaruhi cara pandang sebuah bangsa.
Baiklah bagaimana menarik
peristiwa film dalam kehidupan besar kita. Saya. Saya juga orang yang
waktu-waktu hidupnya dihabiskan dengan sendirian. Mungkin memerlukan seseorang
bernama Tifanny itu. Ingat yang dikatakannya pada Pat ketika ia hendak urung
mengikuti pentas lomba menari, dalam keadaan merasakan sendirian, segala
peristiwa yang mendekat padanya harus dibaca sebagai tanda-tanda yang
membuatnya akan menjadi kuat. Peristiwa memerlukan komunitas manusia untuk
menggulirkan sejarah. Kita memerlukan banyak rujukan dalam menentukan tindakan.
Setiap rujukan yang diciptakan akan selalu menciptakan sebuah tempat yang tepat
agar kita melangkah meninggalkan masa lalu. Sama saja dengan kalau kita hendak
menyebutkan, “aku bukan hanya membutuhkan sejarah tapi aku juga memerlukan ilmu
pengetahuan.”
Untuk menarik peristiwa
soliter kepada kehidupan yang besar, akhirnya saya menyadari, perlu diciptakan
hal-hal baru, memperbaiki relasi dengan buku-buku yang sudah saya beli,
membacanya kembali, mengganti posisi ranjang, menempatkan meja kerja agar
tersentuh matahari pagi, memperbaiki hubungan dengan setiap orang mulai dari
keluarga, menulis kembali untuk menciptakan cara pandang yang baru terhadap
kehidupan. Merekalah properti dan manusia-manusia yang akan paling mengerti
akan kehadiran saya. Membantu saya dalam menggulirkan sejarah, menempatkan masa
lalu hanya sebagai pelajaran berharga. Setelah itu akan saya perbaiki hubungan dengan
dunia luar yang bengis, di sana sepertinya akan didapati orang-orang baik.
Tidak semuanya akan bertindak kejam, dan salah satu dari mereka mungkin akan
ada yang mengenalkan saya pada seorang wanita mirip Tifanny, kekasih perjuangan
yang membawa saya pada tujuan masa depan. Yang selalu menggenggam tangan saya
dengan penuh kesetiaan.
Saya bermimpi sebuah
bangsa yang hidup dalam kebudayaan besar. Itu dimulai dari sikap
pribadi-pribadinya, memaknai film, sastra, lukisan, seni patung dan musik
sebagai pendorong dalam menciptakan hal besar, yang mana sebagai bukti rasa
cinta kepada kekasih perjuangannya. Melakukannya dari hal kecil dari organisasi
sepasang kekasih untuk meraih hal besar. Meskipun saya mulai percaya bahwa
kebahagiaan bukanlah apa yang telah kita raih, tetapi menjalani perjuangan
dengan kolaborasi dalam cinta dengan keikhlasan dan penuh ketabahan. Ini berat,
tapi cinta akan selalu mengalahkan kuasa logika, dengan segala emosinya.
Saya bermimpi akan datang
seorang Tifanny, perempuan dengan bola mata yang indah, membangunkan tidur saya
yang kesiangan. Tapi kehidupan tidak seperti film-film populer, kita hanya
perlu menjalaninya saja, dengan penuh gairah, antusiasme dan daya juang.
Sisanya serahkan pada Takdir. Saya hanya
partikel kehidupan yang sebisanya melawan angin. (*)
Cikarang, 26 September
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar