Senin, 20 November 2023

ESAI

Nasihat-Menasehatilah seperti Bicara di Depan Cermin

M. Taufan Musonip




Lukisan Edward Hopper (1882-1967)
Haskell's House (1924)



"Sifat nasihat yang dua arah itu, akan menciptakan budaya saling menasehati. Sifat nasihat yang dianggap dialogis atau searah-keluar akan menciptakan budaya sungkan. 


Ada nasihat pragmatik seperti ini di kalangan aktifis tarekat: 

"Nasihati terlebih dahulu dirimu, sebelum menasihati orang lain..."

Nasihat ini hasil 'perjalanan ke dalam' kaum sufi, untuk mengajak masyarakat memperbaiki diri. Bagaimana suatu masyarakat menjadi baik, kalau tidak ada usaha perjalanan ke dalam terlebih dahulu. Rekonstruksi pemikiran agama ala Iqbal mana mungkin terjadi kalau tak ada perbaikan ahlak pribadi terlebih dahulu.

Banyak masyarakat tak memahami proses ini. Juga sebenarnya yang melayangkan nasihat di atas. Kalau saja nasihat itu bersifat dialogis, tetap sifatnya ke dalam juga. 

Kalau semua nasihat sufi bersifat ke dalam semua, tak akan ada khidmat ilmiyah dalam setiap manakib, tak akan ada kitab-kitab sufi yang dibaca lalu disampaikan. 

Al Muhasibi

Buku Tulus Tanpa Batas (kitab asli berjudul 'Adab Al Nufus) yang ditulis Syech Muhasibi (781/165-857/243), bunyinya memang menasihati pembacanya. Padahal Syech ini masyur karena ahli muhasabah, Muhasibi mungkin diambil dari kata Muhasabah (tidak diceritakan prihal ini dalam buku tsb). Keahlian bermuhasabah membuahkan keramat bagi Syech yang lahir di Bashrah Irak ini, bukan bisa terbang atau membelah diri, tapi setiap ada makanan subhat atau haram sampai ke mulutnya belum sampai tenggorokan, otomatis badannya menolak, dengan memuntahkannya.

Isinya adalah ajakan kepada pembaca untuk senantiasa bermuhasabah. Memanggil pembacanya dengan sebutan saudara, atau Anda, sahabat dll. Nasihat-nasihatnya dengan demikian bersifat dialogis. Cara seperti ini bisa jadi memunculkan rasa sungkan di antara kalangan aktifis tarekat untuk nasihat-menasihati. Sehingga banyak yang bilang, gerakan sufi itu berat pada amar makrufnya. Padahal dalam Al Qur'an seperti Ali Imron-104:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن

Ayatnya bermotif fiil amar, dengan nada athof wau, bukan tsuma. Artinya memiliki bobot yang sama, meski amar makruf disebut terlebih dahulu. 

Fitrah nasihat itu bersifat dua arah monologis dan dialogis. Setiap nasihat yang lahir dari lidah, juga akan kembali ke dalam diri melalui akal. Karenanya setiap nasihat itu memunculkan kewaspadaan si pemberi nasihat. Nasihat itu bentuk restropeksi juga, memperbaiki keluar dan ke dalam. Ajakan Syech Muhasibi dengan sebutan subjek Anda, saudara, atau sahabat seperti sedang menghadap cermin, ia seperti mengajak bicara dirinya sendiri. Sama halnya kalau ada teman menasihati, ia sejatinya sedang bercermin untuk mengajak dirinya sendiri. 

Sifat nasihat yang dua arah itu, akan menciptakan budaya saling menasehati. Sifat nasihat yang dianggap dialogis atau searah-keluar akan menciptakan budaya sungkan. 

Bijak Bestari

Nasihat itu pangkal kebijaksanaan jika keluar dari lidah sang bijak bestari. Kalau keluar dari lidah orang awam disebut pelajaran. Bijak bestari mengeluarkan nasihat sesuai dosis orang yang mendengar. Tahu kapasitas orang yang diberi nasihat. Sedangkan nasihat orang awam masih mengandung kebutuhan eksistensialnya. Si pendengar harus memilah mana nasihat yang bagus buat dirinya mana yang tidak. Nasihat yang baik atau yang tidak sesuai kebutuhan.

Orang awam harus terus memberi nasihat. Untuk mengisi kekosongan nasihat ketika orang bijak bestari sulit ditemui baik secara zaman maupun sifat. Nasihat tidak boleh terhambat oleh kebijaksanaan palsu. Kebijaksanaan itu pun bisa menjadi jebakan eksistensial, yaitu ujub dan riya. Jangan terus-terusan ingin dianggap bijak dan mulia, bisa repot.

Tetap katakan apa yang ingin dikatakan. Yang salah harus diluruskan. Tapi keluarkan nasihat sesuai hukum amar makruf yang disebutkan duluan tadi. Latihlah menuangkan nasihat ke dalam syair, dan bentuk kreatifitas lain. Masyarakat membutuhkan nasihat Anda. Walau Anda belum menjadi filsuf atau wali -yang ini boleh dikejar, diharap-harap jangan.*





Tidak ada komentar:

Posting Komentar