The Moons Fall a Thousand Time Naemeeh Naemaei |
Kalbu Sang Raja
M. Taufan Musonip
Takkan mungkin orang yang telah menemukan gerak kalbunya. Menyukai kebodohan. Asahlah rasa benci kepada kesombongan di atasnya. Mahkotamu hijau jamrud. Yang membuat kepalamu tunduk ke tanah. Tapi lehermu akan selalu tegak pada kegelapan yang berkuasa di balik pintu istanamu.
Saat kau tutup pintu istanamu. Maka kau akan di serang ribuan liliwa. Biarkan cahya wahyu masuk dan jadikan kalbumu tempayan. Filsafat ilmu adalah ghodobmu. Meriam pertahanan dan serdadu.
Saat cahaya lembut wahyu berpendar tegas ke arahmu, kau tertunduk. Meski kursi kuasamu bisa mendengar syahwat perang dari kejauhan. Ilmu dan wahyu telah membuatmu menjadi penguasa. Sedangkan dirimu telah lama terdiam dalam suatu keasingan di menara riyadhoh.
Penyair dan Keramaian
M. Taufan Musonip
Mengertilah penyair!
Hikmah perjalanan hakikatmu
Adalah masuk ke alam keramaian.
Dan kau mengambil sejumput sepi di dalamnya. Maafkan semua orang.
Tapi jika keramaianmu adalah genta
Peperangan. Pedang platonikmu telah mengkilap terlebih dahulu
Dzikirmu nafi isbat. Pejammu jihad,
Sidqu di atasnya adalah transenden
Sekarang genggam lah obor iqbalmu
Teguklah kahwa sajian mursyidmu
Berjalanlah lawan kesewenang-wenangan
Segala kejahatan adalah medan makrifatmu
Penyair dan Pedagang Garam
M. Taufan Musonip
Untuk apa mempermasalahkan. Perjalanan ke dalam dan ke luar diri?
Kau sendiri adalah gerakan eksoteris ruhmu. Setelah perjalanan ke dalam dirimu. Jika badanmu kau anggap mubah, wakafkan lah pada kalam puisimu. Bahasamu adalah perlambang zuhudmu.
Kau tetap akan menjadi penyair.
Dengan jiwa jamalimu. Jadilah penyair zamrud. Kau akan tetap menjadi anak dagang. Dengan riyadhohmu. Jadilah pedagang garam.
Asin dan cahyamu membutuhkan masyarakat. Tapi terkadang kau harus mendobrak. Kepada fuqaha yang tak kenal kehidupan ruhnya. Kepada kaum sufi yang malas menimba ilmu. Keduanya sama-sama penghalang batin perlawanan nur muhammadmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar