Jumat, 07 April 2023

ESAI

 Orang Kaya dalam Tarekat di Bekasi

M. Taufan Musonip


"Tak ada istilah zuhud untuk orang miskin, yang ada qonaah...


"Forchester Castle"
Lukisan Karya Hugo Keller


Kalau orang fakir miskin masuk tarekat itu biasa, kalau orang kaya masuk tarekat baru luar biasa. Kenapa orang miskin tertarik masuk tarekat? Karena ia senang memiliki Guru Mursyid yang senantiasa mencukupi kebutuhannya dengan izin Allah. Simak Dawuh Pangersa Abah Anom Ra ini:

Jika tak ada padi,

Yang penting ada beras

Jika tak ada beras,

Yang penting ada nasi

Jika tak ada nasi 

Yang penting kenyang

Dawuh Abah Anom di atas itu puisi, puisi lisan. Indah dan bernas, kata-kata yang lahir dari jiwa jamaliyah Allah Swt. Abah Anom menjamin kebutuhan murid-muridnya. Dia menjadi tempat singgah kaum susah. Dengan dzikir talqin yang diwariskan Guru Mursyid siapapun bisa melupakan rasa susah. Dan dzikir seperti pembuka jalan rejeki. Saking banyak terlihat kaum miskin di sekeliling Guru Mursyid, banyak orang mengatakan Tarekat anti dunia dan terbelakang.

Zuhud 

Ajengan Zezen Basyul Ashab dalam sebuah video pernah berkata, jika orang lain mengatakan Tarekat anti dunia, datang dan lihatlah ... Dia (menyebut nama) di Sukabumi sebagai orang kaya pemilik banyak SPBU. Kenapa yang disebutkan hanya itu, nurani saya berkata. Apa memang orang kaya sedikit dalam Tarekat?

Ajengan muda di kampung saya dalam pembacaan suatu kitab di bulan ramadhan ini berkata: tak ada istilah zuhud untuk orang miskin, yang ada qonaah. Zuhud itu hanya untuk orang kaya. Bagaimana orang miskin bisa zuhud kalau tak ada harta yang bisa dibagikan, juga bagaimana bisa zuhud jika peluang untuk mendapatkan harta kekakayaan tidak sebanyak orang kaya?

Dalam perjalanan pulang dari Suryalaya saat Manakib, ada orang kaya yang menumpang mobil saya. Dia adalah Haji Mulyadi dan selalu berdua-duaan dengan Haji Ajo. Belum juga kendaraan melaju, Haji Mulyadi berkata: "mobil Pak Haji mah Pajero, Pak Taufan. Biasanya mengantar saya dan Bu Haji ke Suryalaya." Anehnya dia saat itu pergi ke Suryalaya dengan menumpang bis. Ini adalah aksi zuhud pertama.

Haji Mulyadi ini kerap saya dapati di masjid Nurul Iman Pegaulan Bekasi. Awalnya saya mendengar dia berdzikir dan bertawasul dengan nada yang sama. Sehingga saya menyalaminya. Memang sekilas penampilannya sederhana, tidak seperti orang kaya dan beliau pernah terlihat duduk di depan sebuah warung kecil (konon miliknya). Suatu aksi zuhud ke dua yang saya lihat.

Profil Haji Mulyadi sendiri adalah seorang penguasaha kos-kosan dan makelar tanah, tanah sekira 200 meter di sewa stasiun pemancar 1 milyar per sepuluh bulan. Naik haji besar dua kali, umroh haji jika ia sedang merasakan penat. 

Anti Tarekat

Dalam perjalanan saya bertanya kepada beliau kenapa sampai masuk Tarekat. Bukankah Tarekat tidak diminati orang kaya? Ia menjawab: justru baiknya masuk tarekat itu saat kita dalam keadaan kaya agar belajar ikhlasnya lebih mantaap. Dari pada masuk tarekat saat susah, kalau ia berdzikir meminta perbaikan dan ia tidak sabar, ia akan beresiko menjadi anti tarekat.

Belum diteliti, berapa banyak orang Kaya ikut tarekat. Tapi seperti tulisan saya di Bab dari Pusara ke Pusara: Muhammad Hatta, Rokok Gudang Garam Merah dan Pusara Buya Hamka, Keluarga Hatta adalah keluarga Saudagar penganut Naqsabandiyah. Anehnya aktifis tarekat lebih senang meneliti para aktivis dakwah ketimbang keberadaan orang kaya di dalamnya. Padahal penelitian ini penting, untuk menangkis stigma negatif masyarakat awam tentang anti dunianya orang tarekat.

Di Bekasi ada orang kaya para pemangku manakib: diantaranya Haji Ateng Sardi, Haji Imang Markoni selain Haji Mulyadi yang belum sepopuler dua orang yang disebutkan pertama.(*)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar