Sabtu, 08 April 2023

ESAI

Bepergian Tanpa Gawai adalah Tanda Maqom Tinggi?

---Keunikan Haji Ajo Rawa Lintah


"Suatu kali seorang sufi pernah ditantang seorang filsuf tentang karomah, Sang Sufi mendekatkan bara api ke dagu si filsuf tanpa terbakar, ketika si filsuf mengulang percobaan itu ternyata dagunya memang terbakar, bodohnya dagunya sendiri yang menjadi percobaan.


Lukisan Pablo Piccaso,
The Rooster (1938)

Dalam kitab Ahlakul Kariimah Ahlakul Mahmudah Abah Anom Ra. Berpesan agar murid-muridnya tidak bersikap individualisme. Sebisa-bisa antar ikhwan dibiasakan hidup kumbuh. Misalnya soal pergi Manakib atau Ziarah ke Suryalaya, orang yang memiliki kendaraan sebaiknya mengajak orang yang tidak memiliki kendaraan. 

Ikhwan TQN Rawa Lintah soal ini sudah khatam. Mungkin juga Ikhwan TQN seluruh Indonesia. Mereka bahkan tidak terlalu memperhatikan spasial kabin suatu kendaraan. Over load pun, tak masalah asal sampai Suryalaya. Ikhwan TQN sangat bergantung pada karomah Guru Mursyid, asal melantunkan Solawat Bani Hasyim mereka akan tiba dengan selamat di Suryalaya. 

Suatu kali seorang sufi pernah ditantang seorang filsuf tentang karomah, Sang Sufi mendekatkan bara api ke dagu si filsuf tanpa terbakar, ketika si filsuf mengulang percobaan itu ternyata dagunya memang terbakar, bodohnya dagunya sendiri yang menjadi percobaan. Begitulah juga masalah kapasitas berlebih suatu kendaraan yang bergerak ke Suryalaya. Kalau kita masih mikir-mikir lebih baik jangan diikuti. Karena sufi dan filsuf itu dua sisi mata uang, karomah itu tak boleh mendahului Tanbih. Tanbih selalu mengingatkan kita: untuk selalu berhati-hati jika melanggar aturan Agama dan Negara.

Dimana ada Manakib di Situ ada Haji Ajo

Jadi waktu itu saya mencari teman untuk pulang ke Cikarang. Setelah dalam keberangkatan tak berhasil mendapat teman. Wal Hasil ada Haji Ajo, ikhwan Rawa Lintah ditemani Haji Mulyadi. Sepanjang di Suryalaya hingga Manakib usai mereka selalu bersama. Pak Haji Ajo ini pensiunan PDAM, ghiroh petualangannya di TQN sangat tinggi. Di mana ada Manakib di Kab Bekasi di situ ada dia. Kadang beliau berpartner dengan Pak Jaya -sosok beliau pernah saya tulis juga- hampir tiap malam mendatangi Manakib.

Moto Haji Ajo seperti pernah diutarakan Bang Sanin (mungkin sebagai moto dari gerakan ikhwan Rawa Lintah): Silsilah, Sanad dan Silaturahim. Dan silaturahim itu upaya paling kecil dalam menuntut ilmu. Karena kecil siapapun mampu bersilaturahim, sebelum harus mencari ilmu melalui sanad dan silsilah yang lebih sulit. Trilogi S ini berhasil menggerakan ikhwan Rawa Lintah ke banyak manakib.

Haji Ajo terkenal dengan kata-kata lisannya yang super cepat. Khas Sunda pesisir. Dalam kata-kata yang mendekati kecepatan cahaya itu dia seringkali mengakui dosa masa lalu. Dan saya tak ingin menceritakan ini lebih jauh lagi. Yang jelas ketika dia ditanya soal apa yang terasa sehabis ikut Tarekat ia menjawab: "saya kalau dikasih uang sama anak selalu bertanya uang itu darimana," katanya. Kalau haram dia tolak. 

Haji Ajo ini pensiunan mapan, dapat uang pensiunan dari Taspen dan anak-anak yang soleh yang mau merawat dan menafkahinya. Jadi dia bertarekat dengan nyaman. 

Manakib yang didatangi ribuan orang itu, membuat saya khawatir tak menemukan Haji Ajo bisa pulang bersama. Ternyata saya berhasil menemuinya di jamban. Dan saya langsung meminta nomer gawainya.

"Besok kita ketemu disini,"

Dengan santai ia menjawab: "saya tak bawa hp," saya ulang lagi pertanyaan, dan dia menjawab hal yang sama. Saya terkejut dan saya merasa dia punya maqom tinggi, mungkin bisa berkomunikasi dengan telepati yang antenanya saja saya tak punya. Dari jutaan orang yang sudah kecanduan dan sangat bergantung pada gawai. Di dunia ini masih ada Haji Ajo yang terbiasa tak bawa gawai. Bagaimana bisa istri dan anak-anaknya tidak khawatir?

Dan dia hanya berkata lagi: "besok kita juga ketemu di sini," menunjuk Masjid. Saya kembali terkejut, yakin betul beliau kami mudah bertemu besok sehabis Manakib. Tapi karena beliau santai-santai saja, saya juga santai-santai saja bahkan kami tidur jauh terpisah saya di masjid. Entah beliau di mana.

Maqom itu stasiun ruh. Dalam Buku Penyembuhan Cara Sufi yang dikarang Syech Hakim Chisti dari tarekat Chistiyah, mengatakan tak perlu sulit melihat orang lain sudah berada di maqom mana, dengan melihat kualitas sehatnya seseorang. Menurutnya orang yang maqomnya terlalu lama di maqom Nafs dia akan mudah sakit-sakitan. Dan Pak Haji Ajo dengan umur 63an masih semangat bergerak ke banyak Manakib yang rata-rata diadakan malam hari.

Agar orang tidak mudah sakit kata Syech Hakim Chisti, tingkatkan maqom kita ke maqom ruh. Meski begitu sakit juga suatu kereta yang membawa seseorang ke stasiun ruh yang lebih jauh lagi. Jika kita mampu mengambil hikmah dari rasa sakit.

Kitab Uqudul Jumaan TQN adalah kitab kesehatan, ada dzikr Allahuma Syafial Amrood, Allahuma Sohan Sohan Sohan dan Bismilahisafi. Kekayaan paling besar itu kesehatan, dan kesehatan paling utama adalah kesehatan kalbu. Sebab ia adalah raja dari semua organ badan kita.(*)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar