Rabu, 03 Mei 2023

PUISI

Lukisan Karya Lazlo Feher
"Yellow Boat," 1990.






Bagai Fenix

M. Taufan Musonip



Anasir-anasir dirimu telah aku hapus

Tapi kau terus mengintai bagai fenix

Yang menguasai tebing-tebing gunung

Matamu kilat cahaya menyentuh cermin dalam jiwa ini


Kau selalu terpantul,

Sebagai An-Nafs sebagai Cinta

Dan kau bayang-bayang abadi

Yang tak pernah membuat kehilangan dan sedih


Wahai cahaya,

Kau batu kuarsa, ribuan waktu

Kau simpan dalam ingatan

Aku duduk ngunngun, bagai raja


Hanya karena kau pintar mengawasi



Di Makam Syech Kudus Janipura

M. Taufan Musonip

Bagi: Bang sanin

           Ust. Muhammad Taufik


Bakau dan kuburan adalah sama

Ia sumber angin dan kehidupan

Mendesak ombak yang tenang

Untuk datang ke pantai sedari


Dan kita ingin tenggelam dalam lautannya

Seperti yang diinginkan para peziarah

Tapi mabuk adalah esensi pelayaran

Gila cinta adalah kapal laut bercerobong pembakaran keberadaan


Hanya dengan pandai membaca 

Hadirnya bakau dan makam aulia

Tanah dan langit tak pernah usai saling menandas

Agar cinta tak pernah usai bersama rindu


Dalam pelayaran bercerobong pembakaran ada kita



Ziarah ke Candi Jiwa

M. Taufan Musonip


Di Candi Jiwa,

Ada keberadaan yang hilang

Yang membuat kau kecewa

Perjalanan mabuk cinta mencari yang hilang di antara puing sisa

Yang hilang, adalah rindumu

Yang hilang, adalah kekasih abadimu


Di Candi Jiwa

Kau akhirnya berbahagia

Melihatku menyantap laksa

Bumbu kuningnya dari pupuran langit senja

Bihunnya dari kenur Allah yang tahu benar peradaban masa lalu

Oncomnya dari ruh manusia masalalu yang menangis

Dan kemanginya dedaunan merayap yang menarik kita ke jagat perjalanan


Dalam mangkuknya kudengar raja purnawarman bersabda,

Aku aulia Allah yang menenun sarung para pejalan yang terlupakan

Di tanah seluas ini, menuju laut

Dengan ombak yang tenang






Tidak ada komentar:

Posting Komentar