Minggu, 21 Mei 2023

PUISI

 


Lukisan Karya Ira Bykova (Rusia) 1962




Celah

M. Taufan Musonip


Kau yang mengintip siang dan malam

Celahmu hilang, bersama dirimu sendiri

Berbagai lubang kau lalui

Tak seperti yang pernah dilihat

: Sempit tapi memberi penglihatan yang luas


Celahmu hilang bersama dirimu sendiri

Seperti gelang emas Faridudin Attar

Dalam pasir, debu-debu beterbangan

Lubang ayakan adalah gelang emas sultan

:  Kau tetap mencari celah sempit


Berbagai lubang kau lalui

Hampir seperti menembus gua-gua perut bumi

Pengetahuanmu dalam kawalan orang yang malang

Tak akan ada yang serupa itu lagi

: Celah penglihatan tersembunyi


Tak seperti yang pernah dilihat

Kau dapat melihat senyum kejujurannya

Yang rasa gembiranya dipantulkan olehmu sendiri

Cermin yang disimpan secara rahasia

: Tak ada celah penolong yang sama


Lihatlah. Seperti melihat dirimu sendiri. Celah itu tak akan lagi penting. 



Malak Jabaniyah yang Menyerah

M. Taufan Musonip

Bagi: Ajengan Sirojudin Ruyani


Ketawa itu pintu surga

Sedangkan Majelis Dzikir taman surga


Malak Jabaniyah sang Algojo

Getir melihat si Onyon ketawa-tawa di Neraka


Ketawa itu pintu surga

Sedangkan Majelis Dzikir taman surga


Malak Malik sang Penghantar

Kebingungan, si Onyon tak terbakar api neraka


Ketawa itu pintu surga

Sedangkan Majelis Dzikir taman surga


Ajengan Sirojudin mampir ke Neraka

Menyulut rokoknya, dari jari api si Onyon


Mereka keduanya berdialog,

Kau masih di sini Onyon, Onyon ketawa.

Orang Sufi gerah di Surga, ia hanya ingin bersama Allah

Sebagaimana Penghuni Neraka yang Terbakar Siksa Jabaniyah


Ketawa itu pintu surga

Sedangkan Majelis Dzikir taman surga


Di Teras Kamar Pangersa Umi

M. Taufan Musonip


Allah menggerakan angin dari empat penjuru

dalam bentuk badai atau pun kesiur 

kami embun dan debu

tapi matamu memandang kami

sebagai mawar sebagai pasir pantai


ada hidangan di meja kecil

oreg tempe, kerupuk, ikan asin dan sambal

di dunia ini masakan enak hanya ada dua

dari tangan ibu dan guru mursyid


Aku melihat guru mursyid berbaur dalam dirimu

bagai pipi pedang yang menyentuh dagu sang mawar.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar