Kamis, 11 Mei 2023

RENUNGAN PAGI

Cari Guru Hakikat, Yang Memiliki Akhlak Terbaik 

M. Taufan Musonip


Foto Art by Sherry Cox



Ilmu tanpa hakikat, hujjah. (Abu Yazid Busthami).


Seperti santri kalong ---kalong itu bahasa sunda, artinya kelelawar yang keluar senja hari, bukan hanya diartikan anak-anak yang suka mengaji di surau saat ba'da magrib, juga sebenarnya orang yang telat mengenal agama seperti saya ini--- masa kini, Abu Yazid Busthami juga mencari guru Ruhaniah bersama kawan-kawan pelancongnya, tapi tidak seperti kita, Abu Yazid tahu benar siapa guru yang layak buatnya kelak. Suatu hari dia dan kawan-kawannya ditunjukkan seorang wali. Berduyun-duyunlah mereka ke sana. Dan bertemu saat akan solat Ashar, saat Abu Yazid mengetahui wali tersebut membuang ludah dekat mimbar dia mengajak teman-temannya segera pergi. Bagi Abu Yazid, wali itu dinisbatkan bukan pada karomah akan tetapi ilmu yang dia miliki selaras dengan amal, amal itu syariat. (Buku Mahaguru Para Sufi, Kisah Kearifan Abu Yazid Al Busthami- Dr. Abdul Halim Mahmud) 

Jadi kalau ada orang yang mengatakan wali sufi itu tidak solat, itu hanya tuduhan sesat orang-orang yang hanya melihat baju luar kaum sufi, mungkin tertipu oleh cerita-cerita keramat para wali atau mendapat cerita yang beredar dari kaum orientalis, yang pada masa kolonial memang sangat mewaspadai gerakan tarekat. Gerakan Tarekat adalah gerakan awal melawan kolonialisme. 

Solatnya kaum sufi itu minimal seratus rokaat dalam sehari. Dzikirnya minimal 3000 kali kalimat Tauhid, dan senantiasa menyempatkan membaca Al Qur'an setiap pagi. Dalam dadanya berdetak nama Allah. Sufi itu seperti cerita Abu Bakar Ra. yang ketakutan saat hendak berhijrah bersama Rosulullah Saw (Semoga selawat senantiasa tercurah kepada beliau Nabi yang Ummi dari bangsawan Hasyim sebagaimana selawat ummiyi), saat itu Baginda Nabi berkata: jika kita berdua maka yang ketiganya adalah Allah. Guru Mursyid menalqinkan Dzikir Khofi agar Teman Sejati, teman yang tak pernah merasakan kita kehilangan dan selalu setia, akan senantiasa bersama kita. Cara kita berdzikir tiap saat dan tiap detik dengan metode khofi tidak bisa dipelajari sendiri harus mendatangi majelis sufi.


Mari kita nukil ayat suci untuk melanjutkan renungan kita pagi ini:

بَلْ ظَنَـنْـتُمْ اَنْ لَّنْ يَّـنْقَلِبَ الرَّسُوْلُ وَا لْمُؤْمِنُوْنَ اِلٰۤى اَهْلِيْهِمْ اَبَدًا وَّزُيِّنَ ذٰلِكَ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ ۚ وَكُنْـتُمْ قَوْمًاۢ بُوْرًا

"Bahkan (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selama-lamanya, dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa."

(QS. Al-Fath 48: 12)

Yang mau kita ambil dari ayat tsb sebagaimana bunyi Mu'jam (oleh, Ar-Raqib Al-Asfahani): ظَنَّ menjadi Az-zannu, suatu kesimpulan dari berbagai tanda yang bila kuat akan sampai kepada Ilmu dan bila lemah akan menjadi tawahhum (terkaan keliru). Az-zannu juga dilekatkan pada Anna, subjek yang meyakini ilmu seperti surat Al Baqoroh 2:46:

الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَ نَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْن

"(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 46)

Ini adalah ayat wushul, ilmu yang membawa keyakinan kepada Allah. Yakin itu tidak sekadar hujjah, tapi sudah mencapai hakikat: Azzanu, Annahum, Anna itu aku, yakin itu aku ego berganti Aku Allah, kalau ini terlalu ekstrim karena pernah dilontarkan sufi ekstrim seperti Al Hallaj atau Ayn Al Qudat, maka kita bisa menyebutnya hadirnya Allah dalam diri, yaitu dzikir khofi tadi.

Hakikat adalah Ilmu yang kerap dibahas dalam majelis kaum sufi. Fariduddin Attar dalam Mantiq At-thair berkata ia adalah hasil pengawalan puasa dan kurang tidurnya (karena ibadah) para wali terhadap ilmu. Sedangkan Abu Yazid menyebutnya hasil pertemuan Ilmu dan Ibadah. Dan menurutnya ilmu itu dibagi dua:

  • Ilmu Kasbi: Ilmu yang didapatkan dari kitab dan lisan para Guru.
  • Ilmu Wahbi: Ilmu yang didapatkan dari Allah karena Ibadah.

Meskipun Al Hadits bersabda: perbandingan antara Alim dan Abid itu seperti tuan dan budaknya. Maka biasanya setiap wali pasti ulama, dan ulama belum tentu wali. Dalam mencari guru, ikutilah Syech Abu Yazid: lihat akhlaknya.

Sudah sejauh mana kita mencari guru-guru Sufi? Di Banten ada Abuya Mufassir, di Karawang ada Abah Hanafi, orang yang sudah lama sekali tak mau menemui para peziarahnya, tapi tetap didatangi. Di Tarekat Qodiriyah an Naqsyabandiyah masih ada Wakil Talqin, selagi muda mari menimba ilmu dzikir dan bertabaruk. Jadikan buku-buku dan video ilmu agama ajakan untuk menemui Guru. Agar ilmu kita genap secara kasbi untuk memperkuat perjalanan ilmu wahbi.(*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar