Senin, 20 Maret 2023

ESAI

Sufisme dalam Jiwa Empat Tokoh Muhammadiyah 

M. Taufan Musonip


Kemungkinan tokoh-tokoh Muhammadiyah di atas tertarik pada sufisme karena Muhammadiyah masih sangat terbuka kepada pemikiran estetika.


Lukisan Shi Yi (b. 1939)
A Morning Song (1997)


Kuntowijoyo, Abdul Hadi WM, Buya Hamka dan Ahmad Tafsir itu Muhammadiyah, tapi banyak karyanya tentang sufi dan tasawuf. Berarti ada akar sufi dan tarekat dalam Muhammadiyah, paling tidak mereka menyukai falsafi tasawufnya. 

Dari ke empatnya hanya Ahmad Tafsir yang ikut tarekat. Menjadi wakil Talqin Abah Anom hanya karena bertanya kepada Sang Mursyid mengenai kiat solat Khusuk, di jawab oleh Abah Anom, solat khusuk itu ketika kita sadar sedang solat. Meskipun diangkat wakil talqin Ahmad Tafsir penulis buku Pengantar Filsafat Umum, merasa tidak berhak menalqin entah mungkin kemuhammadiyahannya masih ada, atau memang ia sangat tawadhu.


Muslim Tanpa Masjid

Dalam majalah bulanan Shantori yang diterbitkan Suryalaya pada medio 2007-2008 saya kerap mendapati tulisan Ahmad Tafsir. Ini awal saya kepincut TQN Suryalaya, dalam benak saya unik sekali. Dosen Filsafat kok jadi murid tarekat. Bukannya filsuf biasanya sulit berguru. 

Sedang Buku Kuntowijoyo yang saya baca di antaranya adalah Muslim Tanpa Masjid, beliau banyak tertarik pada sufi tapi dalam hal hierarki ilmu, kehadiran guru bisa digantikan buku dan video. Ramalan tentang guru yang tak berjarak lagi karena buku dan teknologi terbukti hari ini. Novelnya Wasripin dan Satinah sangat sufistik sekali.

Abdul Hadi WM apatah lagi, dia mendalami puisi sufi Hamzah Fansuri tentang Metafor Anak Dagang, esainya bagus sekali tentang ini, Anak Dagang itu sales seperti saya, sudah dibahas secara modern oleh Fansuri dalam syair-syairnya. Anak Dagang seperti ditafsirkan oleh Abdul Hadi adalah suatu keadaan kesementaraan manusia yang berlindung dalam pakaian zuhud. Padahal istilah Anak Dagang masa sekarang banyak dikaitkan dengan keserakahan. 

Buya Hamka juga menjadi pintu masuk saya mengenal TQN. Beliau datang langsung ke Abah Anom karena mengaku bermimpi bertemu Nabi Allah Swt untuk segera mencari manusia paling ikhlas di dunia. Hati Buya Hamka bertambat di Suryalaya. Apakah Buya Hamka saat itu menjadi Ikhwan TQN? Banyak pro-kontra, orang Muhammadiyah bersikeras tidak, sedangkan orang di lingkungan TQN termasuk DR HJ Sri Mulyati dalam Bukunya Peran Edukasi Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya, memang kemungkinan besar Buya Hamka ditalqin. Tapi bagi saya itu tak penting, yang penting dilihat adalah langkah kaki Buya Hamka ke Suryalaya. 

Dan ada cerita ayahanda Buya Hamka adalah juga penganut Tarekat (Nanti akan kita bahas, jika ada umur panjang)

Moderat

Kemungkinan tokoh-tokoh Muhammadiyah di atas tertarik pada sufisme karena Muhammadiyah masih sangat terbuka kepada pemikiran estetika. Estetika diperlukan Muhammadiyah untuk membentuk organisasi besar tersebut sebagai organisasi tablig ilmu dan terkenal moderatnya, istilah moderat tentu harus mengambil simpul seni sebagai cara menegakan nilai Islam yang rahmatan lil alamin

Dalam Istilah Matius Ali dalam buku Psikologi Film, Seni itu memerlukan sebagian jiwa feminis untuk mengenal agama dari sisi keindahannya. Dan Agama Islam sendiri memang feminis. Di Suryalaya sendiri didirikan kampus dan Inabah. Inabah itu bukan sekadar tempat rehabilitasi kaum muda yang terjerat Narkoba. Tapi sinyalemen, di sana ekstase kenikmatan beribadah mengritik ekstase hasil filsafat barat, yang menggapai dunia imajiner dengan narkotika, di Suryalaya dengan Dzikir. Dunia imajiner adalah sumber kreatifitas, lebih dari itu dalam sufisme kreatifitas melahirkan akhlak dan peradaban. 

Empat orang tokoh intelektual di atas adalah tokoh-tokoh Islam yang mumpuni dalam bidang kreatifitas. Jadi mereka kepincut oleh sufisme tapi agak malu-malu melangkah untuk mencintai. Karena Fikr mereka lebih dominan dari Dzikrnya. Tak ada yang salah kan? Ada juga bukti lain, dan sudah bukan rahasia lagi, ada banyak sekali semboyan Muhammadiyah itu sangat sufistik karena Kyai Ahmad Dahlan sendiri adalah murid dari beberapa guru tarekat(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar