Sabtu, 04 Maret 2023

ESAI

 Tiga Sentrum Pendidikan di Suryalaya

M. Taufan Musonip

 

Al Kasyf itu menjumpai guru mursyid secara tatap muka di mana Al Qur'an dan Sunnah sudah menjelma sikap, dalam bahasa sufi persia disebut Futuwwah

Lukisan Karya
Alexandra Chuvilev


هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَ رْضَ ذَلُوْلًا فَا مْشُوْا فِيْ مَنَا كِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖ ۗ وَاِ لَيْهِ النُّشُوْرُ

    "Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."

(QS. Al-Mulk 67: Ayat 15)


    Ajengan Citungku, penulis dua kitab yang menjadi rujukan utama ikhwan TQN Suryalaya (Bidayatussalikin dan Bayanutasdiq), pernah ingin menantang Syech Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin. Dia berjalan dari kampungnya ke Suryalaya membawa kambing dan 28 pertanyaan agama yang akan diajukan kepada Guru Mursyid TQN itu. Jika berhasil menjawab pertanyaannya, ia akan menjadi muridnya. Kambing yang ia bawa untuk sukuran kelak kalau dia menang dalam tantangan itu.

    Sampai Suryalaya belum juga pertanyaan diajukan, Abah Anom sudah langsung memaparkan 28 permasalahan tadi. Ajengan Citungku langsung berbaiat sebagi murid dan ditalqin dzikir. Konon saat dzikir khofi sengaja ruhnya disimpan lama di langit jabarut. Saking nikmatnya duduk tawajuhnya lama sekali.


Paling Merakyat

    Abah Anom dan Ajengan Citungku menulis kitab. Meski kitabnya tipis-tipis. Sama halnya esai yang ditulis KH Wahfiudin Sakam dan Prof Dr Juhaya S Praja, pendek sekali dalam Buku Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyyah Ponpes Suryalaya, Membangun Peradaban Dunia. KH Wahfiudin menulis tentang kemajuan fisik Negara Rusia setelah dipimpin Vladimir Putin dengan indikator peningkatan kesadaran beragamanya orang Rusia, yang dahulu pernah menjadi negara Komunis. Sedang Prof Juhaya menulis tentang point penting Tanbih, memberi semangat kepada ikhwan TQN, agar semakin rajin bekerja dan menuntut ilmu, melalui doktrin Guru Mursyid paling populer: "kejarlah duniamu dengan ragamu, tapi kalbumu tetap bersama Allah.

    Tipisnya kitab yang ditulis Guru Mursyid dan Murid Khos di atas bukan berarti menandakan TQN Abah Anom kurang perhatian terhadap ilmu, kalau begitu kenapa Suryalaya membangun Kampus. Kampus itu mencetak buku dan intelektual Islam, Pesantren melahirkan Kitab dan ulama, Tapi Pesantren Tasawuf melahirkan kelompok sufi yang dianugerahi Ilmu Ladunni.

    TQN Suryalaya itu paling merakyat. Berbeda misalnya dengan TQN Banten, yang memilih kualitas muridnya terlebih dahulu sebelum ditalqin. Paling tidak menurut penuturan di kalangan ikhwan TQN. TQN Banten membaiat muridnya minimal setelah dua tahun nyantri dan solat rawatibnya bagus. TQN Suryalaya tidak, siapapun boleh ditalqin. Jadi dalam perjalanannya justru ikhwan TQN terupgrade ilmunya setelah belajar berdzikir. 

Ajengan Acep A. Rijalullah (tengah),
Ulama Sufi yang akademisi


    Kitab tipis Guru Mursyid, yang diikuti tipisnya tulisan 3 murid elitnya, memang berisi panduan praktis amaliyah dan penjabaran secara gamblang TQN sebagai tarekat Mu'tabar. Menandakan tasawuf amali yang mencerminkan tarekat, memang tidak terlalu berkutat dalam falsafi tasawuf. Muridnya dididik untuk mengambil ilmu hasil dzikirnya, dan cenderung diamaliyahkan pada sikap (adab) tidak ke dalam tulisan. Meski begitu tipisnya kitab, bukan berarti anti ilmu, atau kurang concern terhadap ilmu teks seperti yang dilahirkan kaum akademisi. Itu justru petunjuk, bangunan amaliyah yang dijalankan sekarang tidak akan berdiri kokoh tanpa kitab-kitab tebal ulama terdahulu. Ini perlu dicatat, Syech Fadhil keturunan ke 28 dari Sy. Abdul Qodir Jaelani, menelusuri kitab-kitab Sang Gauzil Adzom, yang tercecer di berbagai belahan dunia, yang terakhir mengenai Tafsir Jaelani, yang pernah dibajak nama penulis lain.

    Jadi 3 sentrum pendidikan di TQN Suryalaya itu ada 3, Al Kasyf dalam Talqin, Al Ilmu dalam Pesantren dan Al-Falasifah dalam Kampus. 3 sentrum ilmu ini adalah pilihan para murid, ingin berkhidmat di mana. Walaupun antara 2 dan 3 biasanya orangnya sama, dia profesor juga dia seorang ulama. Atau dia ulama tapi juga bergelar ilmu akademik. Tiga sentrum pendidikan itu tetap terpusat dalam Al Kasyf. Sebagaimana cirikhas pendidikan tasawuf. Al Kasyf bisa menciptakan egalitarian/kesejajaran antar murid dari ketiga sentrum dalam istilah yang biasa digunakan Ikhwan adalah pembauran.

    Al Kasyf itu tidak harus selalu berbentuk pengalaman ruhaniah, karena Al Kasyf itu tidak selamanya terjadi. Jika selamanya sang muksyafah akan kehilangan akal dan tidak lagi hidup di tataran syariat. Al Kasyf itu menjumpai guru mursyid secara tatap muka di mana Al Qur'an dan Sunnah sudah menjelma sikap (di Suryalaya karena mandat penerus Mursyid belum ada maka datangi para Mubaligh, Wakil Talqin, dan Ahlul Baitnya) dalam bahasa sufi persia disebut Futuwwah dan nama ini juga belum mendapat perbedaannya dengan kata Ahlakul Karimah. Suryalaya lebih memilih prasa ke dua.

Kado

    Dari Al Kasyf ini akan dilahirkan kitab-kitab. Tentu bagi yang senang mendalami bidang ini. Kitab-kitab ini pun selayaknya bisa disentuh oleh kalangan yang masuk ke Suryalaya dari jalur majelis Talqin. Tulisan-tulisan mukasyafah adalah kitab-kitab tafsir ulama sufi terhadap Al Qur'an dan Hadits. Gunanya huruf pada amaliyah adalah membangun pikir, pikir itu awal dari dzikir. Penerang perjalanan ruhani. Sebab tanpa pikir, maka akan terbiasa mengandalkan karomah (guru mursyid). 

    Buku TQN Ponpes Suryalaya membangun Peradaban Dunia ini adalah kado untuk ultah Ponpes Suryalaya yang ke 104, saat Abah Anom masih ada. Dan tidak harus ke kampus mencarinya, ada di kios-kios sekitaran Ponpes Suryalaya, padahal penulisnya para dosen. Ini tanda bahwa ilmu pengetahuan dan amaliyah seperti semboyan Ilmu amaliyah, amal ilmiyah memang tak bisa dipisahkan keduanya saling melengkapi. Meskipun ada seorang dosen yang mengisi upgrading 2 pernah mengeluhkan buku-buku ilmiyah dari kampus jarang ada yang beli.*








Tidak ada komentar:

Posting Komentar